Gambaran derajat keasaman saliva pada penderita stomatitis aftosa rekuren : studi pada Mahasiswa preklinik angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. (Laporan Penelitian)
L atar belakang: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah salah satu lesi yang paling sering dialami dalam rongga mulut dengan prevalensi 25% dari populasi dunia. SAR dapat digambarkan sebagai lesi ulserasi yang terjadi secara berulang pada mukosa rongga mulut tanpa adanya tanda-tanda penyakit lainnya. Saliva memiliki peran signifikan dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Jika aliran dan derajat keasaman saliva menurun, komplikasi kesehatan rongga mulut dapat lebih mudah berkembang, seperti karies gigi dan lesi infeksi rongga mulut. Pada saat rongga mulut dalam keadaan yang lebih asam dari ambang normal, derajat keasaman saliva juga menurun dan hal ini memudahkan berkembangbiaknya bakteri yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya lesi SAR. Tujuan: untuk mengetahui derajat keasaman saliva pada subjek penderita SAR. Metode: penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif pada 58 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. Sampel diambil dengan cara subjek mengumpulkan saliva kedalam Falcon tube sebanyak 3 ml. Derajat keasaman saliva lalu diukur menggunakan pH-indicator strip MachereyNagel pH-fix 0-14. Hasil: dari total 58 subjek penelitian didapatkan 51 subjek (87,93%) perempuan dan 7 subjek (12,07%) laki-laki. Sebanyak 37 subjek (63,78%) penderita SAR memiliki derajat keasaman saliva <7, 20 subjek (34,48%) penderita SAR memiliki derajat keasaman saliva =7, dan 1 subjek (1,72%) penderita SAR memiliki derajat keasaman saliva >7. Rata-rata derajat keasaman saliva penderita SAR adalah 6. Kesimpulan: derajat keasaman saliva pada subjek penderita SAR ditemukan lebih rendah dari derajat keasaman saliva normal.
B ackground: Recurrent aphtous stomatitis (RAS) is one of lesions occurring frequently on oral mucosa with 25% prevalence out of the world’s population. RAS can be described as an ulcerative lesion occurring on oral mucosa without other diseases’ symptoms shown. Saliva has a significant role in keeping oral health in general. If the saliva flow slows down and salivary acidic level drops, it will be easier for complications on oral health to develop rapidly, such as tooth caries and infective lesion on oral mucosa. When the oral vestibule is in an acidic condition more than normal, salivary acidic level drops as well and this may help bacteria growth which is one of RAS’ predisposing factor. Objective: to observe salivary acidic level in subject suffering from RAS lesions. Method: observational descriptive method is used in this research on 58 students from Faculty of Dentistry, Trisakti University. Saliva samples are taken by instructing subjects to collect 3 ml of their saliva into Falcon tubes. The salivary acidic level is then measured using pH-indicator strip Macherey-Nagel pH-fix 0-14. Result: out of total 58 research subjects was obtained 51 subjects (87,93%) are women and 7 subjects (12,07%) are men. A total of 37 subjects (63,78%) who suffers RAS has <7 salivary acidic level, 20 subjects (34,48%) who suffers RAS has =7 salivary acidic level, and only 1 subject (1,72%) who suffers RAS has >7 salivary acidic level. Mean score of salivary acidic level of subjects who are suffering from RAS is 6. Conclusion: salivary acidic level of subjects with RAS is found to be lower than normal salivary acidic level.