Analisis deposisi kering Merkuri (Pb) di udara ambien yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga uap (batubara)
B Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia yang berbeda-beda, salah satunya kebutuhan listrik. Listrik merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui karena sebagian listrik berasal dari PLTU yang berbahan bakar batubara. PLTU batubara berkontribusi mengemisikan polutan logam berat salah satunya adalah Hg. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi Hg di udara ambien dan membandingkannya dengan baku mutu, mengetahui persentase merkuri (Hg) di Total Suspended Particulate (TSP), menentukan konsentrasi Hg di batu bara, fly ash, dan bottom ash, menentukan konsentrasi background rata-rata dari hasil selisih konsentrasi saat sampling pada 3 (tiga) titik pemantauan udara ambien terhadap hasil perhitungan permodelan dengan menggunakan model gauss. Metode penelitian yang digunakan dengan metode sampling secara duplo di Desa Lebak Gede, Dermaga Tongkang, dan Pantai Salira selama 2 (dua) hari dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dan dianalisis secara gravimetri untuk TSP dan alat Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) untuk Hg. Hg pada batu bara sebesar 0,05 ppm, pada bottom ash sebesar 0,04 dan 0,01 ppm, dan pada fly ash sebesar 0,31 dan 0,17 ppm. Hasil perhitungan menunjukkan konsentrasi Hg pada 1 tahun berkisar antara 0,0007-0,0025 μg/Nm3 dan nilai tersebut belum melebihi baku mutu udara ambien menurut World Health Organization tahun 2000 yang digunakan yaitu 1 μg/Nm3. Persentase merkuri Hg di TSP berkisar antara 0,0018% - 0,0081%. Hasil konsentrasi background rata-rata model gauss berkisar antara 95,98 – 258,76 μg/Nm3 untuk stabilitas atmosfer A dan 95,13 – 259,15 μg/Nm3 untuk stabilitas atmosfer B. Konsentrasi Hg di TSP tidak memberikan hubungan yang signifikan dan tidak menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar PLTU X. Tetapi perlu adanya pengendalian yaitu, meningkatkan efisiensi alat pengendali debu Electrostatic Precipitator (ESP) dalam mengendalikan fly ash, pengujian emisi cerobong agar dapat menentukkan pengendalian yang tepat, dan perlu adanya inventarisasi logam berat pada emisi cerobong.
T The increase population causes different human needs, which one is electricity. Electricity is a resource that cannot be renewed because some of the electric source comes from coal-fired power plants. Coal-fired power plant contributes to emitting heavy metal pollutants, which one is mercury. The aim of this study is to analyze the concentration mercury (Hg) in ambient air and compare it with air quality standard guideline, determine mercury (Hg) percentage in Total Suspended Particulate (TSP), determine Hg in coal, fly ash and bottom ash, determine concentration background from sampling concentration in the three air monitoring point to concentration Gaussian model. The research method is duplo sampling method in Desa Lebak Gede, Dermaga Tongkang, dan Pantai Salira for 2 (two) days using High Volume Air Sampler (HVAS) and gravimetric analyze for TSP and Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) for mercury (Hg). The results showed mercury (Hg) concentration in annual ranged from 0,0007-0,0025 μg/Nm3 and that value has not exceeded the ambient air quality standard according to 2000 World Health Organization whose determining mercury 1 μg/Nm3. The percentage of mercury (Hg) in Total Suspended Particulate (TSP) ranged from 0,0018% - 0,0081%. The result Hg in coal 0,05 ppm and bottom ash 0,04 and 0,01 ppm and in fly ash 0,31 ppm and 0,17 ppm. The result of the average background concentration from Gaussian model ranged from 95,98 – 258,76 μg/Nm3 for A atmospheric stability and 95,13 – 259,15 μg/Nm3 for B atmospheric stability. Mercury concentration in TSP did not provide a significantly relations and probably not cause a negative impact for the environment around PLTU. But, periodicly control is needed such as increasing the efficiency of Electrostatic Precipitation dust control devices, stack emission test to determine the right controlling, and heavy metal inventory from stack emission.