Model pengambilan keputusan multikriteria spasial untuk prioritas pembangunan stasiun bakamla ri
B Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI) adalah badan paramiliter negara yang bertugas melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan dan yurisdiksi maritim Indonesia. Dalam waktu 3 tahun, akan dibangun 35 Stasiun Bakamla RI yang merupakan proyek prioritas dalam menanggulangi ancaman di laut. Sampai saat ini belum adanya sistem yang dapat memberikan dukungan keputusan ilmiah dalam menyelesaikan permasalahan pemilihan prioritas pembangunan Stasiun. Penelitian ini bertujuan untuk merancang model dalam menentukan prioritas pembangunan Stasiun melalui integrasi Geographic Information Systems (GIS) dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). GIS digunakan dalam pengukuran data spasial dan pembuatan peta, AHP berperan dalam pembobotan kriteria dan TOPSIS melakukan perangkingan akhir. Model yang dihasilkan berupa model keputusan multikriteria spasial dengan empat kriteria, yaitu Jarak dengan ALKI, cakupan kerawanan, cakupan densitas kapal dan jarak dengan dermaga. Alternatif yang dihasilkan merupakan 35 titik lokasi calon Stasiun. Preferensi prioritas pembangunan yang dibagi dalam rencana pembangunan tiga tahun, pada tahun pertama yaitu 12 Stasiun (Natuna, Tual, Batam, Buru Selatan, Bitung, Bali, DKI Jakarta, Ambon, Kema, Sambas, Belitung Timur dan Makasar), tahun kedua 12 Stasiun (NTB, Lampung selatan, Bangka belitung, Tanjung balai karimun, Kupang, Morotai, Bengkalis, Toli-toli, Pangkalan bun, Pesisir barat lampung, Konawe selatan dan Saumlaki), tahun ketiga 11 Stasiun (Gorontalo utara, Tarakan, Jayapura, Sabang, Merauke, Aceh, Supiori, Mentawai, Nias selatan, Asahan dan Morowali). Peta preferensi prioritas yang dihasilkan pada penelitian ini dapat digunakan pengambil kebijakan dalam pemilihan prioritas pembangunan Stasiun Bakamla RI.
I Indonesia Coast Guard (IDNCG) is a paramilitary agency tasked with carrying out security and safety patrols in Indonesian maritime waters and shipping. Within 3 years, 35 IDNCG Stations will be built, which is a priority project in dealing with threats at sea. Until now there is no system that can provide support for scientific solutions in resolving the problem of selecting station development priorities. This research aims to design a model for determining station development priorities using the Geographic Information Systems (GIS) integration with Analytical Hierarchy Process (AHP) and Order of Preference Technique based on Similarity to the Ideal Solution (TOPSIS) methods. The GIS is used in measuring spatial data and making maps, AHP plays a role in weighting Kriteria and TOPSIS carries out the final ranking. The resulting model is a spatial multi-Kriteria decision model with four Kriteria, namely distance to Archipelagic Sea Lanes (ALKI), distance to the pier, vulnerability coverage and vessel density coverage. The resulting alternatives are 35 candidate station locations. Development priority preferences is divided into a three-year development plan, in the first year there are 12 stations (Natuna, Tual, Batam, South Buru, Bitung, Bali, DKI Jakarta, Ambon, Kema, Sambas, East Belitung and Makasar), in the second year 12 stations ( NTB, South Lampung, Bangka Belitung, Tanjung Balai Karimun, Kupang, Morotai, Bengkalis, Toli-toli, Pangkalan Bun, Pesisir Barat Lampung, South Konawe and Saumlaki), third year 11 stations (North Gorontalo, Tarakan, Jayapura, Sabang, Merauke , Aceh, Supiori, Mentawai, South Nias, Asahan and Morowali). The priority preferences map produced in this research can be used by policy makers in selecting development priorities for the IDNCG Station.