Perancangan sistem pendukung keputusan penetuan jumlah perjalanan kereta rel listrik pada commuter jabodetabek lintas Bogor - Jakarta
J Jumlah penduduk yang tinggi pada daerah Jabodetabek menyebabkan tingginya permintaan dalam sarana alat transportasi. Transportasi massal kereta rel listrik commuter line merupakan sarana transportasi pilihan karena murah dan cepat. PT. KAI Commuter Jabodetabek adalah penyedia jasa perkeretaapian di daerah Jabodetabek. Permasalahan yang terjadi adalah kenyamanan penumpang yang rendah dikarenakan metode penentuan jumlah armada kereta yang digunakan PT. KCJ saat ini tidak mempertimbangkan jumlah penumpang. Dengan demikian dirasakan perlunya sistem pendukung keputusan untuk membantu PT. KCJ menentukan jumlah perjalanan kereta yang diperlukan yang mengintegrasikan faktor kenyamanan penumpang.Hasil dan penelitian adalah sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat memenuhi kebutuhan. Sistem pendukung keputusan yang terbentuk terdiri atas model base dan database. Model base terbagi atas tiga submodel yaitu penentuan luas gerbong, penentuan index kenyamanan penumpang dan penentuan jumlah perjalanan kereta. Mengikutinya terdapat juga tiga database yang berkaitan yaitu database gerbong, database index kenyamanan, dan database jumlah perjalanan kereta.SPK dijalankan untuk menentukan kenyamanan penumpang berdiri pada sistem saat ini. Keluaran SPK menunjukkan bahwa kondisi saat ini tidak ideal. Pada periode 4.00 - 5.00 dan 20.00 - 21.00 index kenyamanan penumpang penumpang berdiri sangat tinggi melebihi 2m² per penumpang. Kebalikannya, pada periode 7.00 - 16.00 index kenyamanan penumpang berdiri rendah dengan nilai dibawah standard Vuchic 0.2m².Percobaan kasus dilakukan dengan sitem pendukung keputusan untuk menentukan jumlah perjalanan kereta dan Bogor menuju Jakarta yang dibutuhkan dengan gerbong, kebijakan, dan jumlah penumpang (permintaan) pada saat ini. Percobaan dilakukan pada tingkat kenyamanan cukup nyaman (index kenyamanan penumpang berdiri, a = 0.2m² dan index kenyamanan penump. duduk, p = 0.38m2). Keluaran model SPK menunjukkan bahwa PT. KCJ memerlukan 74 perjalanan kereta dan Bogor ke Jakarta setiap harinya untuk dapat memenuhi seluruh permintaan.Percobaan kembali dilakukan untuk menentukar imlah perjalanan yang diperlukan dan Bogor menuju Jakarta dan kembali ke Bogor. Hal ini dilakukan dengan membandingkan jumlah kebutuhan perjalanan kereta dan Jakarta ke Bogor dengan jumlah kebutuhan perjalanan dan Bogor ke Jakarta. Iterasi dilakukan sebanyak tiga kali untuk menentukan jumlah kereta yang sesuai dengan kebutuhan kedua arah perjalanan. Pada setiap iterasi dilakukan pengurangan index kenyamanan penumpang berdiri. Iterasi berakhir ketika index kenyamanan penumpang berdiri pada periode 11 hingga 15 pada jalur Jakarta ke Bogor berada pada tingkat kenyamanan rendah. Hasil iterasi menunjukkan bahwa pada periode 1, 2, 3, 16, 17, dan 18 diperlukan 1 perjalanan. Pada periode 14 dan 15 diperlukan 3 perjalanan sedangkan pada periode 4, 5, 9, dan 10 diperlukan 5 perjalanan. Pada periode 6, 7, dan 8 diperlukan 10 perjalanan. Sehingga secara keseluruhan setiap harinya diperlukan 82 perjalanan kereta dan Bogor ke Jakarta dan kembali ke Bogor.
T The high population in Jabodetabek area caused high demand in transportation means. The mass transit of the commuter line electric train is the preferred means of transportation because it is cheap and fast. PT. KAI Commuter Jabodetabek is a provider of railway services in Jabodetabek area. Problems that occur is the low passenger comfort due to the method of determining the number of train fleet used by PT. KCJ does not currently consider the number of passengers. Thus felt the need for decision support system to help PT. KCJ determines the number of required train travels that integrate the comfort factor of passengers.Results and research is a decision support system that can meet the needs. Decision support system that is formed consists of the base model and database. The base model is divided into three submodels, namely the determination of the width of the carriage, the determination of the comfort index of passengers and the determination of the number of train travel. Following there are also three related databases: carriage databases, convenience index databases, and database of train travel numbers.SPK is run to determine the passenger comfort standing on the current system. The SPK output indicates that the current condition is not ideal. In the period 4.00 - 5.00 and 20.00 - 21.00 the passenger comfort index stands very high over 2m² per passenger. Conversely, in the period 7:00 - 16:00, the passenger comfort index stood low with a value below the standard Vuchic 0.2m².The case trials were conducted with a decision support system to determine the number of train travel and Bogor to Jakarta needed with carriages, policies, and the number of passengers (demand) at this time. The experiments were performed at comfortably comfortable levels (comfort index of passengers standing, a = 0.2m² and sit comfort index, p = 0.38m2). Output of SPK model indicates that PT. KCJ requires 74 train journeys and Bogor to Jakarta every day to meet all demands.The retrospective experiment was made to make the necessary journey and Bogor to Jakarta and back to Bogor. This is done by comparing the number of train travel needs and Jakarta to Bogor with the number of travel needs and Bogor to Jakarta. Iteration is done three times to determine the number of trains that meet the needs of both directions. At each iteration there is a reduction in the comfort index of passengers standing. Iteration ends when the passenger comfort index stands in the period of 11 to 15 on the Jakarta to Bogor route at a low level of comfort. The iteration results show that in period 1, 2, 3, 16, 17, and 18 required 1 trip. In the 14 and 15 periods it takes 3 trips while in the period 4, 5, 9, and 10 it takes 5 trips. In period 6, 7, and 8 it takes 10 trips. So as a whole every day 82 train and Bogor travel to Jakarta and back to Bogor.