DETAIL KOLEKSI

Hubungan upacara pangur dengan nyeri gigi ditinjau dari sudut antropologi (studi pustaka)

3.8


Oleh : Catur Pudjo Handoko

Info Katalog

Nomor Panggil : 306 CAT h

Penerbit : FKG - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2010

Pembimbing 1 : drg. J. Widijanto Sudhana, MKes

Subyek : Dental - Anthropology

Kata Kunci : pangur, ceremony, pain, enamel

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2010_TA_KG_04006032_Halaman-Judul.pdf 10
2. 2010_TA_KG_04006032_Bab-1.pdf 5
3. 2010_TA_KG_04006032_Bab-2.pdf
4. 2010_TA_KG_04006032_Bab-3.pdf
5. 2010_TA_KG_04006032_Bab-4.pdf
6. 2010_TA_KG_04006032_Daftar-Pustaka.pdf

U Upacara potong gigi/ pangur adalah upacara simbolis guna memotong keserakahan dan gejolak hawa nafsu. Tetapi sesungguhnya gigi tersebut bukan dipotong, melainkan diasah. Sebagai simbolnya diasah enam buah gigi atas, yaituempat buah gigi seri dan dua buah gigi taring. Upacara ini boleh dilakukan terhadap anak laki-laki yang sudah berumur 16 tahun keatas, dan anak perempuan yang sudah datang bulan. Upacara ini bersamaan pula dengan telah meningkatnya kedewasaan. Oleh karena itu, upacara ini sering digabung dengan upacara meningkat dewasa, dan perkawinan (pawiwahan). Perintah untuk melaksanakan upacara potong gigi ini didasarkan oleh tradisi. Dipandang dari segi kesehatan gigi, kebudayaan pangur dapat mempengaruhi struktur dan kekuatan gigi karena dilakukan pengasahan, hal ini dapat menyebabkan lapisan email gigi menjadi berkurang dan menjadi terasa ngilu (nyeri). Masyarakat hindu Bali diberi penyuluhan tentang kesehatan gigi sebelum dilakukan pangur agar dapat diketahui baik buruknya akibat pangur terhadap kesehatan gigi dan diusahakan pada pengasahan gigi tidak menimbulkan rasa nyeri.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?