L atar Belakang: Patogen periodontal utama, Porphyromonas gingivalis, umum ditemukan pada infeksi endodontik. Beberapa gen menginduksi pembentukan biofilm P. gingivalis, yang menyebabkan resistensi terhadap bahan irigasi. Fimbria (fimA dan mfa1) memiliki peran utama dalam adhesi P. gingivalis. Fimbria dan hemaglutinin dari P. gingivalis juga memiliki peran penting dalam koagregasi dengan spesies bakteri lain. ClpP dilaporkan meningkatkan pembentukan biofilm P. gingivalis dengan mengatur tingkat ekspresi gen fimA, mfa1, dan luxS. Senyawa reuterin yang diisolasi dari probiotik Lactobacillus reuteri diketahui menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai organisme, termasuk patogen oral. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reuterin terhadap ekspresi gen fimA, mfa1 hagB, clpP pembentuk biofilm P. gingivalis pada saluran akar gigi ex vivo. Metode : Sebanyak 24 sampel gigi premolar telah dikumpulkan, disiapkan, dan disterilkan. Semua sampel gigi diinokulasi dengan bakteri Porphyromonas gingivalis dan Enterococcus faecalis yang telah dikultur selama 24 jam pada suhu 37oC. Sampel gigi dibagi menjadi 4 kelompok sesuai dengan jenis bahan irigasi, kelompok 1 perlakuan reuterin 25 μg / ml, kelompok 2 diberikan NaOCl 2,5% (kontrol positif), kelompok 3 diberikan reuterin prodentis 25 μg / ml, kelompok 4 diberikan salin (kontrol negatif).Setiap bahan irigasi dibagi 2 waktu kontak, 5 menit dan 30 menit. Kemudian dilakukan penghitungan koloni dan RNA diekstrasi dan dikuantifikasi dengan RT-qPCR Hasil: Secara statistik, reuterin 25 μg/mL dapat menurunkan transkripsi ekspresi gen fimA, mfa1, dan hagB pembentuk biofilm P. gingivalis pada saluran akar gigi ex vivo baik pada waktu kontak 5 menit maupun 30 menit, secara signifikan (P<0,05) Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Reuterin telah menunjukkan aktivitas antibiofilm terhadap P. gingivalis dengan melemahkan virulensinya. Hal ini memungkinkan reuterin dapat menjadi strategi terapeutik dalam perawatan endodontik oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut seperti uji toksisitas untuk mencapai tujuan akhir sebagai bahan irigasi.