Hubungan hematokrit dengan mean arterial pressure pada fase kritis demam berdarah dengue
D emam berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemis di daerah tropis seperti Indonesia. Kadar hematokrit menunjukkan tanda terjadinya kebocoran plasma yang terjadi pada fase kritis dan menjadi salah satu parameter untuk menunjang diagnosis DBD, namun pemeriksaan ini membutuhkan waktu sehingga tidak cukup efisien dimana pasien DBD pada fase kritis rentan mengalami kondisi syok. Penelitian mengatakan, mean arterial pressure (MAP) merupakan parameter hemodinamik non-invasive yang akurat, mudah dan cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan kadar hematokrit dengan MAP pada fase kritis DBD. Metode Penelitian analitik dengan menggunakan metode cross sectional dari data sekunder berupa rekam medis pasien yang berada di rumah sakit Fatmawati. Data tersebut diambil menggunakan teknik consecutive sampling dengan mencatat nilai hematokrit dan MAP yang diukur pertama kali pada hari ke-4 kemudian dianalisis dengan analisis data korelatif Pearson.Hasil : Sebanyak 15 subjek (26,8%) memiliki nilai hematokrit di atas normal, 7 subjek (12,5%) di bawah normal dan 34 subjek (60,7%) berada dalam batas normal. Nilai MAP 37 subjek (66,1%) berada dalam batas normal dan 19 subjek (33,9%) berada di atas normal. Hasil analisis statistik (Pearson) menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara hematokrit dengan MAP pada fase kritis DBD (p = 0,130 ; r = 0,205). Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hematokrit dengan MAP pada fase kritis DBD
D engue Haemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease in the tropics such as Indonesia. Hematocrit levels show signs of leakage of plasma occurring in the critical phase and become one of the parameters to support the diagnosis of DHF, but this examination takes time so it is not efficient enough where the dengue fever patients are vulnerable to the condition of shock. The study says, mean arterial pressure (MAP) is a non-invasive hemodynamic parameter that is accurate, easy and fast. This study aims to assess the association of hematocrit levels with MAP in the critical phase of DHF. Methods Analytical research using cross sectional method of secondary data in the form of medical records of patients who are in Fatmawati hospital. The data were taken using consecutive sampling technique by recording the hematocrit and MAP values ​​measured first on day 4 then analyzed by Pearson correlative data analysis. Results: A total of 15 subjects (26.8%) had hematocrit values ​​above normal, 7 subjects (12.5%) below normal and 34 subjects (60.7%) were within normal limits. The MAP score of 37 subjects (66.1%) was within normal limits and 19 subjects (33.9%) were above normal. Statistical analysis (Pearson) showed no significant relationship between hematocrit and MAP in critical phase of DHF (p = 0,130; r = 0,205). Conclusion: There is no significant relationship between hematocrit and MAP in the critical phase of DHF.