Kajian kenyamanan termal di unit Rusunawa Tambora Jakarta
D i dalam UU no.7 tahun 2010 menyatakan bangunan baru harusmempertimbangkan kualitas dan kenyamanan termal. Indonesia adalah negaradengan iklim tropis yang dilalui garis ekuator sehingga mendapatkan sinarmatahari sepanjang tahun. Rata-rata suhu udara di Indonesia berkisar antara 30-36°C sedangkan standar suhu termal berkisar antara 24-27°C. Perbedaan suhutersebut perlu disiasati agar diperoleh kenyamanan termal di dalam bangunan.Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi termal, persepsi penghuni di dalamunit, dan faktor yang berpengaruh terhadap variabel termal di Rusunawa diTambora. Kajian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengukuran dilakukan diruang keluarga unit Rusunawa Tambora. Variabel kajian adalah temperatur udara,kecepatan angin, kelembaban udara, radiasi matahari, luas bukaan, posisi perabotdan elemen pelindung bukaan. Data didapat melalui pengukuran ,kuesioner dandokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif dengan programstatistik. Hasil memperlihatkan bahwa luas bukaan ventilasi memenuhi standarnamun pengukuran kenyamanan termal diperoleh tidak memenuhi standar dengantemperatur udara berkisar antara 27.8 – 33 °C. Hasil analisis menunjukkan bahwaada dua variabel yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal. Pertama,temperatur udara berpengaruh terhadap ketinggingan lantai yakni semakin tingiketinggian lantai temperatur udara semakin menurun. Kedua, radiasi matahariberpengaruh terhadap temperatur udara, semakin tinggi radiasi matahari semakintinggi suhu udara. Sedangkan variabel lainnya seperti orientasi, posisi perabot,elemen pelindung bukaan tidak terdapat hubungan signifikan. Hasil tersebutdiperkuat dengan uji korelasi SPSS menyatakan variabel yang terdapat hubunganadalah radiasi matahari dengan termperatur udara dan ketinggian lantai dengantemperatur udara.
L ocal Regulation of DKI Jakarta number 7 year 2010 declare that the newbuilding should consider the quality and thermal comfort. Indonesia is a tropicalclimate country traversed by the equator causes get sun exposure throughout theyear. The average air temperature in Indonesia ranges from 30-36 ° C while thethermal temperature standard ranges from 24-27 ° C. The gap between bothtemperatures needs to be adjusted to obtain thermal comfort in the building. Thisstudy aims to determine the thermal conditions, perceptions of residents in theunit, and the factors that affect the thermal in Tambora public housing. This studyuses quantitative methods. Measurements held in the living room area. The studyvariables are air temperature, wind velocity, air humidity, solar radiation,exposure area, furniture position and protective elements of openings. Dataobtained through measurements, questionnaires and documentation. Data analysisuses quantitative analysis with statistical program. The results show that theventilation meets the standards yet the thermal comfort does not meet thestandards which suppose the air temperature are from 27.8 - 33 ° C. The analysisshows that there are two variables that affect the thermal comfort. First, the airtemperature effect on the floor height that is higher the floor height of the airtemperature decreases. Second, solar radiation affects the air temperature, thehigher the solar radiation the higher the air temperature. While other variablessuch as orientation, furniture position, protective elements of the opening there isno significant relationship. The results are proven by the SPSS correlations showthat thermal variables which are related are the solar radiation with airtemperature and floor height with air temperature