Pengaruh penentuan pilot design terhadap efisiensi pendesakan pada kegiatan waterflooding
I njeksi air dilakukan untuk meningkatkan perolehan minyak setelah pada primary recovery produksinya menurun. Salah satu tahap yang perlu diperhatikan pada kegiatan injeksi air adalah tahapan pilot design, yang mencakup penentuan lokasi dan pola sumur injeksi - produksi serta penentuan rate injeksi yang berdampak pada keekonomisan lapangan tersebut.Lapangan AA terletak pada Cekungan Tarakan, lapangan ini telah berproduksi sejak 1956. Lapangan AA terdiri dari 9 sumur produksi yang ditutup ( shut in ) sejak tahun 2011 dengan jumlah OOIP sebesar 22,340 MSTB dengan kumulatif produksi hingga tahun ini sebesar 6,015 MSTB. Prediksi akan dilakukan untuk menentukan pola sumur injeksi – produksi yang paling sesuai dan efisien bagi lapangan ini. Prediksi pada Lapangan AA dilakukan dengan menggunakan simulasi reservoir yang difokuskan pada lapisan M-31 dengan empat skenario produksi, yaitu peripheral, irregular, five spot, dan seven spot. Pada pola five spot dan seven spot dilakukan dua analisa dengan pola normal dan inverted sebagai pembanding. Sensitivity rate injeksi yang digunakan pada masing – masing pola yaitu 250 Bwipd, 500 Bwipd, 750 Bwipd, dan 1000 Bwipd. Prediksi dilakukan pada tahun 2015 hingga 2035 ( sesuai dengan perjanjian pada kontrak ), kemudian diamati perolehan minyak yang akan didapat. Studi dilakukan pada 8 jenis rocktype dengan layer 6 – 16 yang mewakili 28 layer untuk melihat permeabilitas dan saturasi minyak pada saat awal dan sesudah injeksi air, dimana data tersebut digunakan untuk perhitungan harga rasio mobilitas dan efisiensi pendesakan. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah nilai rasio mobilitas kurang dari 1 untuk rocktype 1,2,3,4,dan 5 , rasio mobilitas lebihdari 1 untuk rocktype 6,7, dan 8, dan rata – rata efisiensi pendesakan adalah13.85%. Dari hasil simulasi didapatkan pola sumur injeksi – produksi yang palingsesuai pada kegiatan injeksi air di lapangan AA adalah pola peripheral denganrate injeksi 250 Bwipd. Kumulatif produksi minyak yang diperoleh pola inihingga tahun 2035 sebesar 6,904 MSTB dengan recovery factor sebesar 30.91%. Inkremental kumulatif produksi dan recovery factor terhadap history sebesar 889,506 STB dan 3.91%.
W aterflooding is done to increase oil recovery after the production declineat primary recovery. One of the steps that need to be considered on waterflooding is pilot design, which includes determining the location and pattern of injectionproduction wells and determinitaion injection rate that have impact on economy of field. Field AA is located in Tarakan Basin, this field has been producing since 1956. The field AA consist of 9 production wells were shut-in since 2011 with OOIP at zone M-31 is 22,340 MSTB and cumulative oil production is 6,015 MSTB. The prediction will be made to determine which the pattern of injection – production well is the most appropriate and efficient for this field. The prediction of Field AA using of reservoir simulation and focused on zone M-31 with four production scenarios, that is peripheral, irregular, five spot, and seven spot. In the five spot and seven spot perfomed two analysis with normal and inverted pattern as a comparison. Sensitivity rate of injection is used on each production scenario, that is 250 Bwipd, 500 Bwipd, 750 Bwipd, and 1000 Bwipd. The production scenarios began in 2015 and being observed cumulative oil production until 2035. The study was conducted at eight rocktypes with layer 6 until 16, that representing 28 layer to monitor permeability and oil saturation at before and after waterflood, data is used to calculation mobility ratio and displacement efficiency. The calculation result obtained is the value of moblity ratio less than 1 for rocktype 1,2,3,4, and 5, the value mobility ratio more than 1 for rocktype 6,7, and 8, and the average displacement efficiency is 13.85%. From the simulation result obtained the production scenario most suitable of waterflood in the field is peripheral with injection rate 250 Bwipd. The cummulative oil production obtained on peripheral until 2035 is 6,904 MSTB with recovery factor 30.906%. The incremental of cummulative oil production when compared with basecase is 352,152 STB. The incremental of cumulative production and recovery factor of peripherals to history is 889,506 STB and 3.91%.