Kajian kesesuan lahan geologi sekitar kawasan danau gintung dengan studi kasus: Situ Gintung Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Banten.
K eberhasilan pembangunan nasional secara tidak langsung telah meningkatkan pula kebutuhan akan kawasan pemukiman, sebelum perioda tahun 1970an hampir sebagian besar kawasan disekitar kota Jakarta masih merupakan kawasan perkebunan ataupun pertanian. Pemukiman merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, oleh sebab itu banyak orang yang tidak sadar banyak membangun tempat tinggal tanpa mempertimbangkan kondisi fisik yang ada, akibatnya banyak timbul kerugian material maupun nyawa, Karena terganggunya keseimbangan lingkungan. Maka dari itu penulis membahas tentang kawasan layak huni dan kawasan tidak layak huni disekitar daerah situ. Adapun data – data terkait yang digunakan dalam analisis ini adalah peta geologi, peta morfologi, peta morfogenesis, peta topografi dan peta kegunaan lahan, dari data diatas dapat dihasilkan beberapa peta satuan kemampuan lahan (SKL) antara lain : SKL Airtanah Bebas, SKL Erosi dan Banjir, SKL lereng, SKL Daya Dukung dan SKL Bentang Alam. Dari peta – peta SKL yang ada kemudian di overlay untuk menghasilkan peta satuan kemampuan lahan permukiman (SKLP), dan dari peta SKLP dapat dihasilkan dua satuan Kesesuaian lahan permukiman (SKLP), SKLP kawasan layak huni dan SKLP kawasan tidak layak huni. Kemudian dari SKLP yang sudah ada penulis mencoba membandingkan kondisi Situ Gintung dengan Situ Kalibenda, karena secara umum Situ Kalibenda mempunyai kondisi fisik yang hampir sama dengan kondisi fisik Situ Gintung, agar bencana yang sama tidak terulang lagi di kemudian hari, dan agar pihak – pihak terkait membuat perencanaan kawasan permukiman di sekitar kawasan Situ Kali Benda (khususnya) dan Situ – situ lain (pada umumnya) yang mempunyai keadaaan yang hampir sama dengan Situ Gintung.
T he success of national development has indirectly also increase the need for residential areas, before the period of the 1970s most of the areas surrounding the city is still an agricultural or plantation area. Settlement is the most important part of human life, and therefore many people are not aware of many build houses without considering the existing physical conditions, as a result of loss of material and a lot of lives, Because of the disruption of environmental balance. Thus the authors discuss the region habitable and uninhabitable region around the area there. The data - relevant data used in this analysis is the geological maps, maps morphology, maps morphogenesis, topographic maps and maps of land use, from the above data can be generated several map units of land capability (SKL), among others: SKL Groundwater Free, SKL Erosion and flooding, slope SKL, SKL SKL Capability and Landscape. Of maps - maps of existing SKL then overlaid to produce a map unit residential land capability (SKLP), and from SKLP maps can be generated in two units of residential land Suitability (SKLP), SKLP livable area and SKLP region uninhabitable. Then from SKLP existing authors tried to compare the condition of Situ Gintung with Situ Kalibenda, because in general Situ Kalibenda have a physical condition that is almost the same as the physical condition of Situ Gintung, so that a similar disaster does not happen again in the future, and that the parties - related parties planning residential areas in the vicinity of Kali situ Benda (in particular) and situ - another situ (in general) that has almost the same circumstances with situ Gintung.