DETAIL KOLEKSI

Analisis gravitasi untuk menentukan struktur geologi dan analisis petroleum systems cekungan barito daerah tanjung,kalimantan selatan


Oleh : Rechan Sharief Bosy

Info Katalog

Nomor Panggil : 698/TG/2016

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2016

Pembimbing 1 : Agus Guntoro

Pembimbing 2 : Dewi Syafitri

Subyek : -

Kata Kunci : Gravitasi, analisis spektrum, SVD, pemodelan gravitasi 2D, sistem migas. ABSTRACT

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2016_TA_GL_072.10.047_Halaman-Judul.pdf 20
2. 2016_TA_GL_072.10.047_BAB-I.pdf
3. 2016_TA_GL_072.10.047_BAB-II.pdf
4. 2016_TA_GL_072.10.047_BAB-III.pdf
5. 2016_TA_GL_072.10.047_BAB-IV.pdf
6. 2016_TA_GL_072.10.047_BAB-V.pdf
7. 2016_TA_GL_072.10.047_Daftar-Pustaka.pdf
8. 2016_TA_GL_072.10.047_Lampiran.pdf

J urusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia Salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menentukan struktur geologi bawah permukaan dan mengidentifikasi sistem migas adalah metode gravitasi. Metode ini dilakukan pada Cekungan Barito, daerah Tanjung Area dan sekitarnya, Provinsi Kalimantan Selatan, untuk memetakan struktur bawah permukaan hingga bidang moho dan mengidentifikasi sistem migas yang bekerja pada daerah penelitian. Luas daerah penelitian sekitar 11000.7 km². Jarak spasi rata-rata antar pengukuran 1.7 km di tiap lintasan. Hasil anomali yang dianalisis merupakan hasil dari metode tapis rataan bergerak. Metode ini memisahkan anomali regional-residual. Berdasarkan analisis spektrum, daerah penelitian memiliki lebar jendela 19x19km², kedalaman anomali residual yang mencerminkan batuan dasar pra-tersier sekitar 1,740 km, sedangkan kedalaman anomali regional yang mencerminkan bidang moho sekitar 23,332.5 km. Untuk analisis struktur sesar penulis menggunakan metode analisis SVD. Pemodelan struktur bawah permukaan menggunakan data-data pendukung, seperti peta geologi regional yang dikorelasikan dengan perhitungan SVD. Berdasarkan hasil analisis anomali bouguer lengkap, regional, residual terlihat bahwa daerah penelitian mempunyai pola anomali relatif kelurusan utara-selatan dan timurlaut-baratdaya yang diakibatkan gaya transtensional dan transpresional pada pola pembentukan Cekungan Barito, hal tersebut merupakan hasil dari aktivitas tektonik ekstensi pada Kapur Akhir dan kompresi pengangkatan meratus pada Miosen Akhir. Berdasarkan hasil analisis sistem migas yang meliputi elemen-elemen berupa batuan induk, batuan reservoir, migrasi, perangkap dan batuan penutup pada daerah penelitian telah memenuhi syarat sebagai sistem migas dan merupakan daerah yang prospek hidrokarbon.

G eological Engineering Departement, Faculty of Earth Science Technology and Energy, Trisakti University, Jakarta, Indonesia One of geophysical analyses that used to determine sub-surface geological structure and identified petroleum system is gravity method. This method is used in Barito Basin, Tanjung Area and surround, South Kalimantan province, to map subsurface structure to moho plane, and identified petroleum system that occurs in study area. The study area is about 11000.7 km². The average spacing between measurement is 1.7 km in every traverse. Anomaly result which has been analyzed is a product of moving average method. This method separates the regional-residual anomaly. Based on spectrum analysis, this study area has window’s wide of 19x19km², depth of residual analysis that reflects pre-Tertiary basement is about 1.740 km, whereas the depth of regional anomaly that reflects moho plane is about 23,332 km. In fault structural analysis, author uses SVD analysis method. In order tosub-surface structural modelling, there was used supporting data like regional geology map that correlated with SVD calculation. Based on complete bouguer anomaly analysis, regional, residual, it has been appear that the study area has relative anomaly lineament pattern N-S and NE-SW which caused by trans-tensional and trans-pressional force in Barito Basin generating pattern, it was a result of extensional tectonic activity in Late Cretaceous and Meratus uplift compression in Late Miocene. Based on petroleum system analysis result that include source rock, reservoir rock, migration, trap and seal elements in study area, it is interpreted as a complete petroleum system and as a hydrocarbon prospect area.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?