Hubungan kebugaran jasmani dan kemampuan konsentrasi pada anak usia 10-12 tahun
K Konsentrasi termasuk dalam fungsi kognitif yang merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Kesulitan berkonsentrasi atau yang biasa dikenal gangguan pemusatan perhatian (GPP) adalah adanya gangguan pada otak sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi dan pemusatan perhatian. Kemampuan konsentrasi dapat dipengaruhi oleh kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani dipengaruhi oleh aktivitas jasmani seseorang. Prevalensi gangguan perhatian di DKI Jakarta sendiri didapatkan angka sebesar 26,2%. Penelitian ini dilakukan untuk menilai hubungan antara kebugaran jasmani dan kemampuan konsentrasi pada anak usia 10 – 12 tahun. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Responden penelitian ini adalah anak usia 10 – 12 tahun dan pemilihan responden menggunakan teknik simple random sampling. Tingkat kebugaran jasmani dinilai dengan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia. Konsentrasi dinilai dengan Grid Concentration Test. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Sebanyak 82 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden perempuan lebih banyak memiliki tingkat konsentrasi baik ada 19 responden (44,2%) dibandingkan dengan laki-laki yaitu 15 responden (38,5%). Hasil penilaian Tes Kebugaran Jasmani didapatkan baik pada kelompok kebugaran yang baik maupun yang kurang keduanya menunjukkan persentase yang lebih tinggi pada tingkat konsentrasi yang kurang yaitu masing-masing 26 responden (60,5%) dan 22 responden (56,4%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebugaran jasmani dan konsentrasi (p = 0,599; p > 0,05). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kebugaran jasmani dengan kemampuan konsentrasi pada anak usia 10 – 12 tahun.
C Concentration is one of the cognitive functions that are also vital on human’s life. Difficulty in concentrating or commonly known as Attention Deficit Disorder (ADD) is a brain disorder that causes difficulty in concentrating and focusing. Physical fitness is influenced by human physical activities. The prevalence of concentration disorder in DKI Jakarta is 26.6%. This research was conducted to determine the relationship between physical fitness and concentration ability in children aged 10 – 12. The study was conducted with a cross-sectional design. The respondents of this study were children aged 10 – 12 years and the selection of respondents used simple random sampling techniques. The level of physical fitness is assessed by the Indonesian Physical Fitness Test. Concentration was assessed by the Grid Concentration Test. Data analysis was performed univariately and bivariately with chi-square test. A total of 82 respondents participated in this study. More female respondents had good concentration levels, there were 19 respondents (44.2%) compared to men, 15 respondents (38.5%). The results of physical fitness test obtained in both the good and poor fitness groups both show a higher percentage at the level of concentration that is less than 26 respondents (60.5%) and 22 respondents (56.4%). There was no significant relationship between physical fitness and concentration (p = 0.599; p > 0.05). There is no significant relationship between physical fitness with concentration ability in children aged 10 – 12 years.