Perbedaan prevalensi anomali bentuk, ukuran, dan jumlah gigi antara anak laki-laki dan perempuan (kajian pada radiograf panoramik anak usia 5-18 tahun di RSGM FKG Universitas Trisakti, Jakarta Barat, periode 2017-2019) (Laporan Penelitian)
L Latar Belakang: Penelitian mengenai anomali gigi di Indonesia masih jarang ditemukan. Beberapa anomali gigi mungkin tidak dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis seperti anomali bentuk, ukuran dan jumlah gigi. sebaliknya, anomali ini dapat diidentifikasi secara dini menggunakan pemeriksaan radiografi panoramik, sehingga segera dapat dilakukan perawatan apabila diperlukan. Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai perbedaan prevalensi anomali gigi yang terjadi antara anak lai-laki dan perempuan. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui perbedaan prevalensi anomali gigi dalam bentuk, ukuran, dan jumlah gigi antara anak laki-laki dan perempuan pada radiograf panoramik anak usia 5-18 tahun di RSGM FKG Universitas Trisakti, Jakarta Barat, periode 2017-2019. Metode penelitian: Penelitian merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong silang. Sampel penelitian adalah 910 sampel rekam medis radiograf panoramik pasien anak usia 5-18 tahun di RSGM FKG Universitas Trisakti periode 2017 – 2019. Hasil penelitian: Ditemukan prevalensi anomali gigi sebesar 27,8%. Anomali gigi yang paling banyak ditemukan adalah mikrodonsia 10,2 % dan yang paling sedikit ditemukan adalah geminasi, fusi, dan talon cusp masing-masing adalah 0,2%. Anomali gigi yang ditemukan pada penelitian ini pada anak laki-laki dan perempuan berturut-turut adalah 46,2% dan 53,8%. Uji x-square menunjukkan terdapat perbedaan anomali gigi hiperdonsia yang bermakna antara anak laki-laki dan perempuan, (p< 0,05). Tidak ada perbedaan anomali gigi lainnya antara anak laki-laki dan perempuan (p>0,05). Kesimpulan: Prevalensi anomali gigi adalah 27,8%. Terdapat perbedaan prevalensi anomali gigi hiperdonsia antara anak laki-laki dan perempuan. Anomali gigi yang paling banyak ditemukan adalah mikrodonsia dan paling sedikit adalah geminasi, fusi, dan talon cusp.
B Background: Research on dental anomalies in Indonesia was still rarely found. Anomalies such as the shape, size, and number of teeth may not be identified through clinical examination. Instead, these anomalies can be identified early using panoramic radiographs, so treatment can be done immediately if needed. There are still differences of opinion regarding differences in dental anomalies that occur between boys and gilrs. Objective: To determine differences in the prevalance of dental anomalies in the shape, size, and number of teeth between boys and girls on panoramic radiographs of children aged 5-18 years at RSGM FKG Trisakti University, 2017 – 2019 period. Method: The study was an observational analytics study with a cross-sectional design. The samples were 910 panoramic radiographs of pediatric patients aged 5-18 years at RSGM FKG Trisakti University within period of 2017-2019. Result: The prevalence of dental anomalies was 27,8%. The most common dental anomaly was microdontia 10,2% and the least found was gemination, fusion, and talon cusp, each of which was 0,2%. In this study, dental anomalies found in male and female were 46,2% and 53,8% . The X-Square test showed significant difference in hyperdontia between boys and girls (p< 0,05). There were no differences in other dental anomalies between boys and girls (p> 0,05) Conclution: The prevalence dental anomalies was 27,8%. There were differences in hyperdontia between boys and girls. The most common dental anomaly was microdontia and the least were gemination, fusion, and talon cusp.