DETAIL KOLEKSI

Perbaikan kualitas proses produksi metanasi pada produk pupuk ammonia dengan penerapan metode failure mode and effect analysis dan perancangan desain di PT. Pupuk Kujang

5.0


Oleh : Agustinus Wibisana Ranggadewa

Info Katalog

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2013

Pembimbing 1 : Dedy Sugiarto

Subyek : Product - Quality control;Failure analysis (Engineering)

Kata Kunci : failure mode and effect analysis, design of experiment, rpn, metanation process, fertilizer

Status Posting : Published

Status : Tidak Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2013_TA_STI_06306125_Halaman-Judul.pdf 2
2. 2013_TA_STI_06306125_Lembar-Pengesahan.pdf 3
3. 2013_TA_STI_06306125_Bab-1_Pendahuluan.pdf 1
4. 2013_TA_STI_06306125_Bab-2_Landasan-Teori.pdf 34
5. 2013_TA_STI_06306125_Bab-3_Metodologi-Penelitian.pdf 8
6. 2013_TA_STI_06306125_Bab-4_Pengumpulan-Data.pdf 120
7. 2013_TA_STI_06306125_Bab-5_Kesimpulan-dan-Saran.pdf 41
8. 2013_TA_STI_06306125_Daftar-Pustaka.pdf
9. 2013_TA_STI_06306125_Lampiran.pdf 16

P PT. Pupuk Kujang adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara dan merupakan perusahaan manufaktur di Indonesia yang memproduksi pupuk buatan. Kualitas yang baik sangat dibutuhkan pada perusahaan agar diperoleh barang hasil jadi yang kualitasnya sesuai dengan standar yang diinginkan. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan, mengidentifikasi dan menganalisa kegagalan proses yang terjadi untuk menentukan prioritas penyelesaian masalah di PT. Pupuk Kujang serta dapat melakukan penanggulangan kegagalan dengan memberikan usulan-usulan perbaikan khususnya pada proses yang terkait dengan cacat yang besar pada proses pupuk ammonia. Amonia merupakan bahan dasar pembuatan pupuk berbasis nitrogen. Amonia digunajan sebagai penyedia nitrogen yang siap pakai karena lebih mudah dikonversi oleh tanaman dibanding _dengan. nitrogen bebas yang merupakan senyawa invert. Sifat daripada Amonia (NH3) adalah gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat dan sangat mudah larut dalam air. Amonia ini biasanya digunakan dalam refrigerator dan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, plastik, serta bahan-bahan kimia lainnya. Selian itu, amonia juga digunakan sebagai pelarut. Pada pengumpulan data didapatkan hasil produksi/bulan yang memiliki persentase cacat terbesar pada PT Pupuk Kujang adalah pada produksi metanasi dan removal . Jumlah cacat yang terjadi mencapai 4750 ton dari 356960 ton di bulan Juni-Oktober 2012. Untuk meningkatkan kualitas serta memperbaiki persentase kegagalan yang tinggi, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode Failure Mode Effect and Analysis(FMEA), dan Design of Experiment (DOE) pada proses improvement. Penelitian ini bertujuan memberikan usulan perbaikan sehingga dapat meminimasi persentase cacat pada proses produksi. Dengan menggunakan Failure Mode Effect and Analysis didapatkan 3 ranking terbesar yaitu 294 pada metanasi ,288 pada removal, dan 280 pada metanasi. Setelah dilakukan analisa, ternyata hal itu disebabkan karena belum adanya penetapan temperature dan tekanan pada setting mesin yang kurang optimal. Sehinggga didapatkan hasil pada improvement untuk upaya penanggulangan dari setiap kegagalan ini akan direfleksikan dengan pembuatan Design of Experiment dimana dihasilkan proporsi cacat paling kecil apabila pada skala temperatur 320-330° C dan dengan tekanan steam sebesar 30-32 kg/m2 sedangkan pada proporsi cacat terbesar yaitu 0.5-0.7 terletak pada skala area yang mempunyai tekanan 35-40 kg/n22 dengan temperatur 280-320° dan setting yang diusulkan yaitu pada temperatur 330° C pada tekanan kompresor sebesar 30 kg/cm2. Dengan temperatur ammonia converter yang terlalu rendah menyebabkan produksi semakin menurun dan tekanan kompresor yang terlalu tinggi menyebabkan reaksi menjadi menurun dan menghasilkan racun katalis pada reaksi hasil metanasi.

P PT. Pupuk Kujang is one of the State-Owned Enterprises and is a manufacturing company in Indonesia that produces artificial fertilizers. Good quality is needed by the company in order to obtain finished goods whose quality is in accordance with the desired standards. Therefore, the purpose of this research is to determine, identify and analyze process failures that occur to determine the priority of problem solving at PT. Pupuk Kujang can also overcome failures by providing suggestions for improvements, especially in processes related to large defects in the ammonia fertilizer process. Ammonia is the basic ingredient for making nitrogen-based fertilizers. Ammonia is used as a ready-to-use nitrogen provider because it is more easily converted by plants than by nitrogen. free nitrogen which is an invert compound. Ammonia (NH3) is a colorless gas with a pungent odor and is very soluble in water. Ammonia is usually used in refrigerators and in the manufacture of fertilizers, explosives, plastics, and other chemicals. In addition, ammonia is also used as a solvent. In data collection, it was found that the production yield/month which has the largest percentage of defects at PT Pupuk Kujang is in the production of methanation and removal. The number of defects that occurred reached 4750 tons from 356960 tons in June-October 2012. To improve quality and improve the high percentage of failures, it is necessary to conduct research using the Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) and Design of Experiment (DOE) methods on process improvements. This study aims to provide suggestions for improvement so as to minimize the percentage of defects in the production process. By using Failure Mode Effect and Analysis, the 3 largest rankings were obtained, namely 294 for methanation, 288 for removal, and 280 for methanation. After doing the analysis, it turns out that this is because there is no temperature and pressure setting on the engine settings that are less than optimal. So that the results obtained in the improvement for efforts to overcome each of these failures will be reflected by making a Design of Experiment where the smallest proportion of defects is produced on a temperature scale of 320-330° C and with a steam pressure of 30-32 kg/m2 while the largest proportion of defects ie 0.5-0.7 located on an area scale that has a pressure of 35-40 kg/n22 with a temperature of 280-320° and the proposed setting is at a temperature of 330°C at a compressor pressure of 30 kg/cm2. With the ammonia converter temperature being too low, production will decrease and the compressor pressure being too high will cause the reaction to decrease and produce catalyst toxins in the methanation reaction.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?