Hubungan antara kejadian dismenore dengan absensi kerja pada anggota Polwan
L Latar Belakang: Dismenore merupakan gangguan ginekologi yang paling umum pada wanita usia reproduksi. Sekitar 10-15% wanita mengalami dismenore parah yang mengakibatkan terjadinya absensi sekolah, kehilangan waktu kerja, dan mengurangi kualitas hidup.Secara umum, polisi wanita (Polwan) memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan polisi laki-laki, namun dengan jumlah yang cukup terbatas, maka Polwan harus bekerja dengan aktivitas yang cukup tinggi, maka diadakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dismenore dengan absensi kerja pada anggota polwan. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan analisis observasional dengan pendekatan cross-sectional yang mengikutsertakan 60 orang polwan yang bertugas di Polres Bogor Kota. Data dikumpulkan dengan pengisian kuisioner yang meliputi usia, karakteristik responden, dan intensitas nyeri menggunakan Numeric Pain Rating Scale. Analisis data ini menggunakan SPSS for Macintoshversi 22. Hasil: Faktor resiko dismenore yang mempengaruhi intensitas dismenore adalah riwayat dismenore dalam keluarga (p=0,000), status pernikahan(p=0,021), riwayat partus(p=0,000) dan kebiasaan olahraga(p=0,001). Nilai rata-rata intensitas dismenore pada penelitian ini adalah 3,05 dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimal 8. Analisis Kruskall-Wallis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kejadian dismenore dengan absensi kerja dengan nilai p=0,000. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian dismenore dengan absensi kerja pada anggota polwan. Faktor-faktor resiko dismenore yang mempengaruhi tingkat keparahan nyeri dismenore adalah riwayat dismenore dalam keluarga, status pernikahan, riwayat partus serta kebiasaan olahraga.
B Background: Dysmenorrhea is the most common gynecological disorder in women of reproductive age. Approximately 10-15% of women experience severe dysmenorrhea that result in school absences, work loss, and reduced quality of life. In general, the policewomen has duties and responsibilities similar to the police man, but with a fairly limited number, policewomen should work with higher activity. The research conducted to determine the relationship between dysmenorrhea with attendance at work in policewomen. Methods: The research design used in this study is the design of an observational analysis of cross-sectional approach involving 60 people policewomen who served in Bogor City Police. Data collected by filling a questionnaire which contains age, respondent characteristics, and intensity of pain using the Numeric Pain Rating Scale. Analysis of this data using SPSS for Macintosh version 22. Results: The risk factors that affecting the intensity of dysmenorrhea are history of dysmenorrhea in family (p = 0.000), marital status (p = 0.021), history of parturition (p = 0.000) and exercise habits (p = 0.001). The average value of the intensity of dysmenorrhea in this study was 3.05 with a minimum value of 0 and a maximum value of 8. Kruskall-Wallis analysis showed a significant correlation between the incidence of dysmenorrhea with work absenteeism with p = 0.000. Conclusions: This study shows that there is a significant correlation between the incidence of dysmenorrhea with work attendance in policewomen. Risk factors that affecting the severity of dysmenorrhea pain are history of dysmenorrhea in family, marital status, history of parturition and exercise habits.