DETAIL KOLEKSI

Sintesa dua tahap penghancuran batuan oleh dua fase struktur pemotongan pahat PDC untuk interval pemboran dalam


Oleh : Hendrazid

Info Katalog

Subyek : Drilling

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2016

Pembimbing 1 : Pantjanita N.H.

Kata Kunci : drilling parameters; cutting structure; rate of penetration (ROP)

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2016_TS_MTP_171130007_Halaman-judul.pdf 16
2. 2016_TS_MTP_171130007_Lembar-pengesahan.pdf 3
3. 2016_TS_MTP_171130007_Bab-1_Pendahuluan.pdf 7
4. 2016_TS_MTP_171130007_Bab-2_Teori-dasar.pdf 92
5. 2016_TS_MTP_171130007_Bab-3_Kajian-pustaka.pdf 28
6. 2016_TS_MTP_171130007_Bab-4_Metodologi.pdf 16
7. 2016_TS_MTP_171130007_Bab-5_Analisis-data.pdf 12
8. 2016_TS_MTP_171130007_Bab-6_Pembahasan.pdf 46
9. 2016_TS_MTP_171130007_Bab-7_Kesimpulan-dan-saran.pdf 5
10. 2016_TS_MTP_171130007_Daftar-pustaka.pdf 4
11. 2016_TS_MTP_171130007_Lampiran.pdf 330

K Kecepatan bor atau rate of penetration (ROP) sumur bor dalam pada interval penembusan dibawah 7” casing liner, formasi kabonat yang compact dan interbedded, umumnya sangat lambat. Lumpur berat yang dipakai untuk pemboran interval-dalam sangat mempengaruhi lambatnya laju pengeboran akibat pengaruh penambahan overburden pressure pada batuan formasi yang ditembus pada titik yang lebih dalam.Tesis ini akan merinci bagaimana pahat bor Polycristaline Diamond Compact (PDC) yang khusus didisain untuk mempunyai dua (2) diameter secara bertahap, dapat lebih efisien dalam upaya menambah laju penembusan bor (ROP) pada sumur dalam dan berdiameter lebih kecil atau sama dengan 6 inch.Karena pola atau struktur pemotongan (cutting structure) pahat PDC ini terbagi menjadi dua tahap diameter lubang, maka energi mekanik yang diperlukan untuk menghancurkan jumlah volume batuan (rock) yang di bor akan jauh berkurang. Perubahan jumlah energi yang berkurang signifikan ini, setara dengan perubahan diameter lubang bor yang berubah dari diameter lubang bor yang dinginkan menjadi diameter pahat tahap pertama yang diamaternya lebih kecil. Diameter lubang tahap pertama yang lebih kecil ini di sebut lubang pilot (pilot hole). Sedangkan diameter tahap kedua dari pahat dua tahap ini disebut bagian “reamer” yang berfungsi untuk memperbesar lubang yang sudah di bor dan sudah tidak mempunyai ketegangan batuan (rock-stress) menjadi diameter lubang bor yang lebih besar dari diameter lubang pahat standar. Sementara itu konsep Mechanical. Specific Energy (MSE) yaitu konsep yang mendefinikan bahwa kerja yang diperlukan untuk merusak sejumlah volume batuan (rock) secara proporsional adalah setara dengan rock-strength dari formasi yang di bor. MSE dapat juga didefiniskan sebagai energi yang menjadi input untuk menghasilkan kecepatan bor (ROP); dianggap sebagai output.Laju penembusan (ROP) pada lubang kecil lebih besar dibandingkan dengan kecepatan bor pada lubang yang lebih besar. Sedangkan ROP untuk memperbesar lubang bor pasti lebih besar dari proses pemboran itu sendiri karena lubang (pilot) yang sudah di bor sudah tidak mempunyai ketegangan batuan (rock stress). Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa perubahan diameter juga dapat menjadikan parameter-parameter pemboran seperti: Standpipe Pressure, Weight on Bit (WOB), Rotation per Minute (RPM), Drilling Torque (Torsi Bor), dan kecepatan pengangkatan cutting bor berkontribusi pada hasil kecepatan pemboran total. Kontribusi parameter bor ternyata jauh lebih besar pengaruhnya terhadap laju penembusan pemboran (ROP) dari pahat bor dua tahap ini. Hal ini dianalisa dengan detail pada studi ini. Studi akan dilakukan dengan menggunakan ASCII data real time dari kegiatan pemboran 4 sumur yang diamati.Pengaruh profil dari pahat Bi-center yang memberikan lubang yang lebih besar dari pahat standard memberikan nilai ECD dan Stand Pipe Pressure yang lebih kecil dari ECD pahat standar, sehingga dapat menambah ROP.Demikian juga dengan drilling drag dan gesekan antara BHA dan lubang sumur akan jauh berkurang, sehingga weight transfer yang di berikan ke pahat di dasar sumur dapat bertambah sehingga dapat juga menambah laju penembusan bor.

T To drill deepening hole below the 7" liner through the deep section of compact interbedded carbonate formation results slow rate of penetration (ROP). The use of heavier mud weight can increase overburden pressure that effects to increace overbalance pressure thus reducing the rate of penetration, in order to drill those deep formations.This paper outlines the two stages diameter PDC bit, that proficiently increases drilling efficiency in order to produce faster ROP through small hole, deep section drilling. When the PDC bits “cutting structure” is separated into two stages of holes diameters, the mechanical energy that is required to destroy a given volume of the rock to drill can be significantly reduced. This energy reduction can be equivalent to the percentage of the hole size reduction relative to the final hole diameter. The reduced hole diameter that is described as pilot hole will be drilled by the first stage of the bit. The second stage of the bit that is called as reamer section simply enlarges a stress relieved pilot hole, to a final hole diameter.The Mechanical Specific Energy (MSE) concept that is defined as work that is required to fail a given volume of rock has been formulated proportionally with formation rock strength. MSE can also be defined as input energy to result ROP. The ROP to drill a smaller hole is faster than ROP to drill larger hole although with similar BHA, whilst ROP to enlarge a pilot hole always faster than ROP to drill the pilot hole. The bi-center bit has a pilot section that is used to drill a smaller pilot hole and a reamer section to enlarge the pilot hole to the final hole size, therefore it shoud be able to produce faster ROP compared to the conventional one stage PDC bit. The field results revealed that all of 5-3/4" x 6-1/2" and 6" x 7" bi-center bits that were run below 7" casing - through deep wells, have drilled the intervals with 40% faster than the conventional PDC bits. This results shows that beside hole diameter discrepancies drilling parameters such as: Standpipe Pressure, Weight on Bit (WOB), Rotation per Minute (RPM), and Drilling Torque would also able to contribute to the rate of drilling penetration results of the bits. This study analizes how substantial the contribution of these each drilling parameters to effect the rate of penetration (ROP) of the two stages Bi-center PDC bits by using the real time ASCII data of the four observed wells when the wells were being drilled.It was revealed that ECD numbers of drilling operation performed by a bi-center bit was lower than the standard bit ECD numbers. This ECD numbers reduction would reduced the actual Standpipe Pressure as well as differential pressure at the bottom hole. The reduction of differential pressure would obviously able to reduce the formation strength thus increase the ROP.Larger hole that is produced by bi-center bit would also able to eliminate drilling drag and or any friction generated by BHA versus well bore. These drag reduction could increased the weight that is applied to the bit to penetrate the rock then increase the rate of penetration.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?