K Kawasan Pecinan Glodok memiliki akar sejarah yang berasal dari masa kolonial Hindia Belanda dan telah menjadi pusat kegiatan komersial dan budaya Tionghoa di Jakarta. Pecinan Glodok didirikan oleh pedagang Tionghoa pada abad ke-17. Keberadaan Kawasan ini disebabkan pemerintah Hindia Belanda tidak mengijinkan masyarakat Tionghoa tinggal didalam kota Batavia, sehingga dibangun hunian baru di luar tembok benteng, tetapi masih didalam jangkauan keamanan pemerintah Belanda. Perkembangan zaman telah membuat kawasan ini terus berkembang yang membuat nilai historisnya memudar. Penelitian terhadap sense of place dalam kawasan ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi sense of place, dimana lokasinya, dan tipe-tipe apa saja yang terdapat pada kawasan Pecinan Glodok, karena dengan memahaminya diharapkan perencanaan pembangunan kedepan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode rasionalistik-kualitatif, yaitu dengan cara observasi lapangan dan interview, metode deskriptif dengan pendekatan melalui historis dan tipologis, dan juga metode eksploratif. Dari penelitian ini didapatkan kondisi eksisting kawasan Pecinan Glodok telah mengalami banyak perubahan, namun persepsi akan sense of place masih kuat, dan tidak dapat tergantikan dengan kawasan pecinan yang lain di Jakarta. Lokasi yang memiliki sense of place yang paling kuat diidentifikasi di area yang merupakan tempat peribadatan, sedangkan area komersial dan pemukiman diidentifikasi memiliki sense of place yang lebih lemah. Selain itu, setiap lokasi yang diteliti dapat memiliki tipe sense of place lebih dari satu dengan sama kuatnya.