Analisis pola hubungan antara visual merchandise group band indie terhadap persepsi remaja urban di kota Jakarta era tahun 1993-2013 : studi kasus: group band indie Seringai, Burgerkill dan Kelelawar Malam
B Budaya populer mendorong massa untuk menjadi pemuja, pengikut, peniru,pengkopi, pengekor, imitator. Remaja mempunyai kecenderungan membelimerchandise grup band idolanya secara addict cenderung fanatik, bahkankecenderungan sebagai fetish, dimana fetisisme adalah kondisi yang didalamnyasebuah objek mempunyai makna yang tidak sesuai dengan realitas objek itu yangsesungguhnya. Menurut Jean Baudrillard, bagi remaja yang hidup di dunia hiperrealitasini, pengidolaan terhadap grup band idolanya ini dianggap sebagai kegilaanketika melihat remaja seringkali bertindak diluar rasio demi grup band idolanyatersebut.Penelitian ini ingin mendapatkan gambaran, bagaimana persepsi remajaurban melihat simbol-simbol pada visual merchandise dalam kurun waktu yangcukup panjang selama 20 tahun (tahun 1993-1998), melalui sampel grup band indieseperti Burgerkill, Seringai dan Kelelawar Malam, apa yang tetap dan apa yangberubah dengan mengamati pola hubungan antara visual merchandise, produksi danpendistribusian merchandise grup band sebagai manifestasi dan remaja sebagai fans.Dengan menggunakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode komparatifdengan memperoleh data deskriptif yang menangkap persepsi remaja urban terhadapmerchandise. Untuk itu metode perolehan data yang digunakan oleh peneliti adalahmelalui diskusi kelompok terarah atau yang disebut FGI (Focus Group Interview).Berdasar penelitian dan hasil analisa maka dapat diambil beberapakesimpulan, yaitu produksi dan distribusi merchandise yang yang mengalamikenaikan selama kurun waktu 20 tahun (tahun 1993-2013), merchandise dalamkurun waktu 20 tahun (1993-2013) mengalami perubahan dalam persepsi remaja,visual merchandise juga harus mempunyai fungsi, peran dan makna dalam carapandang remaja dan yang terakhir grup band juga harus membangun image melaluivisual merchandise yang menarik perhatian remaja. Satu hal kesamaan dalampersepsi remaja, bahwa merchandise merupakan artefak yang layak dibeli dandikoleksi, bahkan bangga ketika dipakai dalam kehidupan sehari-hari.