Analisis konstruksi teks visual elemen tanda, makna, pesan, dan realitas artificial intelligence (ai) art generator dengan pendekatan semiotika roland barthes dan dekonstruksi derrida
B Bentuk perkembangan teknologi yang terus dikembangkan dalam bidang visual salah satunya adalah AI art generator. Terdapat dua karya AI art generator yang mengangkat fenomena tenggelamnya Jakarta yang mengilustrasikan suasana Jakarta ketika pertandingan sepak bola dan keramaian masyarakat Jakarta di tengah kondisi Jakarta akan tenggelam. Karya ini terdiri dari elemen formal yang memunculkan denotatum-denotatum realitas yang membangun sebuah pemaknaan konotatif. Selain itu, karya ini juga memunculkan pesan melalui mitos dan ideologi, berupa sindiran dan kritikan dalam bentuk sarkasme maupun paradoks tentang kehancuran atau chaos-nya kota Jakarta. Pesan disampaikan dengan berlebihan (hyperbolic) dan mengalami deviasi (penyimpangan). Karya visual ini dibangun dari realitas yang tidak berbasis pada realitas itu sendiri, melainkan saat ini beralih menjadi semacam realitas kedua (second reality) yaitu realitas ilusi yang referensinya adalah dirinya sendiri (simulacrum of simulacrum). Sehingga pada tahapan tertentu realitas ini terlihat (diyakini) sebagai sama nyatanya dengan sebuah realitas atau bahkan melebihi dari realitas itu sendiri. Konstruksi imaji visual dibangun dari meminjam beragam sumber seni masa lalu, menumpuk realitas, membangun lapisan realitas yang melebur menjadi realitas baru yaitu hyper-reality. AI mendistorsi dan memain-mainkan tanda dan mengelabui realitas dengan topeng simulakra, bukan representasi, apalagi reproduksi, melainkan simulasi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami konstruksi elemen teks visual maupun relasi antar elemen teks visual, tanda dan pesan yang terbangun yang menggunakan teknologi karya AI art generator dan konstruksi realitas baru yang hadir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan semiotika Roland Barthes yang memaknai tanda itu dari denotasi yang menghasilkan konotasi, dan mengidentifikasi pesan yang terbentuk melalui mitos dan ideologi, serta menggunakan konsep dekonstruksi Derrida untuk memahami penyimpangan (deviasi) pada tanda yang hadir dalam karya visual AI art generator. Dari hasil pembahasan, diketahui bahwa simulasi dibuat untuk membayangkan masa depan Jakarta, dan menciptakan hyper-reality. Konsep hyper-reality menghancurkan segala bentuk fondasi pengetahuan dan bentuk formal, mendekonstruksi tanda-tanda sehingga menciptakan paradoks dan sarkastik, menyebabkan melimpahnya tanda. Dekonstruksi menciptakan pemaknaan yang pluralitas (keanekaan) dan dinamis, dimana pemaknaan ini tidak bersifat tetap (dapat berubah-ubah), interpretasi yang timbul bergantung pada persepsi yang dipengaruhi proses sosial-kultural. Kesimpulannya, konstruksi visual AI art generator dibangun oleh denotatum realitas yang menciptakan hyper-reality, membangun tanda plural serta pesan paradoks dan sarkasme yang dipengaruhi oleh latar belakang konteks sosial dan budaya.
O One way technology keeps progressing in visual fields is through AI art generators. Two pieces from these generators depict Jakarta sinking, showing its atmosphere during football matches and the bustling crowd amidst the city\\\'s impending flood. These artworks feature formal elements portraying reality, leading to connotative meanings. They also convey messages through myths and ideologies, offering satire and criticism in forms of sarcasm or paradoxes about Jakarta\\\'s chaos. Messages are exaggerated and deviated from reality. The visuals are constructed not based on reality itself but on a secondary reality, an illusion referencing itself (simulacrum of simulacrum). Hence, at certain stages, this reality seems as real as or even surpassing actual reality. Visual imagery is built borrowing from various past art sources, stacking realities to create a new hyper-reality. AI distorts and manipulates signs, masking reality with simulacra, not representations or reproductions, but simulations. This research aims to understand the construction of visual text elements and the relations among them, signs, and messages created using AI art generator technology and the emergence of new realities. The method employs Roland Barthes\\\' semiotics, interpreting signs from denotation to connotation, identifying messages formed through myths and ideologies, and using Derrida\\\'s deconstruction concept to understand sign deviations present in AI art generator visuals. From the discussion, it\\\'s evident that simulations are made to envision Jakarta\\\'s future and create hyper-reality. The concept of hyper-reality shatters all knowledge foundations and formal forms, deconstructing signs to create paradoxes and sarcasm, resulting in an overflow of signs. Deconstruction fosters plural and dynamic interpretations, subject to social-cultural influences. In conclusion, AI art generator visual constructions are built on the denotation of reality, creating hyper-reality, forming plural signs, and conveying messages of paradoxes and sarcasm influenced by social and cultural contexts.