DETAIL KOLEKSI

Analisis performance bandwith & penataan alokasi pita freakuensi 900 MHz untuk implementasi teknologi LTE

4.0


Oleh : Ujang Rusmana

Info Katalog

Subyek : Telecommunication systems

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2016

Pembimbing 1 : Indra Surjanti

Kata Kunci : signal system, computer network, mobile telecommunication, frequency 900 MHz

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2016_TS_MTE_162131001_Halaman-Judul.pdf
2. 2016_TS_MTE_162131001_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 2016_TS_MTE_162131001_Bab-1_Pendahuluan.pdf 6
4. 2016_TS_MTE_162131001_Bab-2_Tinjauan-Pustaka.pdf
5. 2016_TS_MTE_162131001_Bab-3_Rancang-Simulasi.pdf
6. 2016_TS_MTE_162131001_Bab-4_Analisis-Pengujian.pdf
7. 2016_TS_MTE_162131001_Bab-5_Kesimpulan-dan-Saran.pdf
8. 2016_TS_MTE_162131001_Daftar-Pustaka.pdf 2
9. 2016_TS_MTE_162131001_Lampiran.pdf

P Perkembangan telekomunikasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, perkembangan ini sejalan dengan peningkatan jumlah transmisi data. Hal tersebut memicu munculnya era broadband untuk mengatasi masalah pengiriman data berukuran besar dengan waktu yang lebih cepat. Teknologi Long Term Evolution (LTE) merupakan salah satu teknologi di era broadband yang mampu menawarkan kecepatan akses data hingga 100 Mbps, atau sekitar empat kali kecepatan Teknologi HSPA+. Saat ini, Teknologi LTE telah diterapkan di sebagian besar wilayah Indonesia. Salah satu hal umum yang menjadi permasalahan dalam implementasi LTE di Indonesia adalah alokasi frekuensi. Di Indonesia, kondisi pita frekuensi 900 MHz telah dikelola dan digunakan oleh empat operator berlisensi. Namun, lebar kanal bandwidth dan frekuensi yang diperoleh tidak sama dan tidak berdampingan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan pengukuran dan analisis menggunakan software Atoll untuk mengetahui performansi bandwidth 10 MHz, 15 MHz dan 20 MHz dari coverage serta mencari prediksi nilai rata-rata throughput untuk uplink dan downlinknya. Selanjutnya, melalui proses Regulatory Impact Analysis (RIA), maka diperoleh opsi refarming yang paling efektif untuk menentukan alternatif alat strategi manajemen spektrum yang akan digunakan. Dari hasil mode, analisis simulasi yang telah dilakukan, sehingga diperoleh ormance lebar bandwidth 10 MHz, 15 MHz, dan 20 MHz dari range (permukaan) hingga eed uplink throughput terendah (64 Kbps) daerah jangkauan adalah saya dari95,5%102. Sedangkan daerah jangkauan untuk kecepatan uplink tertinggi throe:M,,t (8 Mbps) pada wiele.of bandwidth 10 1811fieee bandwidth MHz adalah 30,4 km2. MHz dan 15 MHz adalah 29,8 Sedangkan kinerja th ndwidth 10 MHz Tor daerah jangkauan kecepatan downlink throughput terendah (0,5 Mbps) adalah sekitar 98,5 km2 dan pada kecepatan tertinggi (34 Mbps) adalah 10,4 km2. Wide range area kecepatan downlink throughput terendah pada bandwidth 15 MHz adalah 97,6 km2 dan top speed 29,2 km2. Sedangkan lebar jangkauan lebar bandwidth 20 MHz untuk kecepatan terendah adalah 97 km2 dan kecepatan tertinggi adalah 45,1 km2. Pemilihan opsi refarming yang direkomendasikan untuk implementasi LTE pada pita frekuensi 900 MHz adalah dengan menggunakan lebar kanal bandwidth 15 MHz dan 20 MHz, dimana pada tahap implementasi harus ada operator yang berfungsi sebagai Mobile Virtual Network Operator ( MVNO) dan operator lainnya berfungsi sebagai Mobile Network Operator (MNO).

T The development of telecommunications is currently progressing very rapidly, this development is in line with the increase of the number of data transmission. It triggers the emergence of broadband era in order to overcome the problem of sending a large-sized data with faster time. Long Term Evolution (LTE) Technology is one of technology of the broadband era that can offer data access speeds of up to 100 Mbps, or about four times the speed of HSPA + Technology. Nowadays, LTE Technology has been implemented in the most of Indonesia region. One of the common things that become problems in the implementation of LTE in Indonesia is the allocation of frequency. In Indonesia, the condition of the 900 MHz frequency band has been managed and used by four licensed operator. However, the wide of bandwidth and frequency channels which have been acquired are not the same and does not side by side. Based on this background, the measurement and analysis using software Atoll is needed to know the performance bandwidth of 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz of the coverage as well as finding thy prediction of an average value of throughput for its uplink and downlink. Firthermore, through the process of Regulatory Impact Analysis (RIA), so we obtained the refarming option which is the most effective to specify an alternative strategy tool spectrum management which would be used. From the results of mode , simulationllittcl analysis which has been carried out, so it is obtained the ormance of wide of bandwidth of 10 MHz, 15 MHz, and 20 MHz of the range (surface) to eed uplink the lowest throughput (64 Kbps) the range area is the me of95.5%102. While the range area for the uplink speed of the highest throe:M,,t (8 Mbps) on the wiele.of bandwidth of 10 1811fieee of bandwidth of MHz is 30.4 km2. MHz and 15 MHz is 29.8 While the performance of th ndwidth of 10 MHz Tor the range area of the speed of downlink of the lowest throughput (0.5 Mbps) is approximately 98.5 km2 and at the highest speed (34 Mbps) is 10.4 km2. Wide range area of the speed of downlink of the lowest throughput at 15 MHz bandwidth is 97.6 km2 and the top speed is 29.2 km2. While the broad range of the wide bandwidth of 20 MHz for the lowest speed is 97 km2 and the top speed is 45.1 km2. The selection of refarming recommended option for implementation of LTE in the 900 MHz frequency band is by using the width of the channel bandwidth 15 MHz and 20 MHz, where in the implementation phase, there should be an operator who serves as Mobile Virtual Network Operator (MVNO) and the rest of operator serves as Mobile Network Operator (MNO).

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?