Penciptaan cosplay tokoh wayang Limbuk untuk seni pertunjukan urban
J Jakarta sebagai salah satu kota urban di Indonesia merupakantempat berkumpulnya berbagai kebudayaan baik itu kebudayaan lokalmaupun kebudayaan luar. Salah satunya adalah cosplay. Sub kulturJepang ini sering dijumpai di beberapa acara cosplay yang diadakan dimall dan kampus tertentu beserta komunitasnya. Umumnya pada acaraitu para cosplayer (pelaku cosplay) berkumpul dan berlomba-lombamenampilkan hasil karyanya yang terbaik.Umumnya cosplay merupakan karya dwi matra dari narasi karakterfiksi dan non fiksi yang digubah dalam bentuk tri matra oleh cosplayer.Namun, sebuah fenomena acara sejenis mengubah pemikiran mengenaicosplay. Acara itu bernama Hellofest, dimana cosplayer mengenakankostum dan dandanan karakter tidak hanya dari Jepang atau Amerikatetapi juga dari Indonesia. Di Hellofest, dapat ditemui para cosplayermengenakan kostum dan dandanan yang terinspirasi dari tokohpewayangan.Cosplay adalah seni bermain peran seperti layaknya teater, karenabagaimanapun juga dalam acara cosplay terdapat kabaret yang diikutinoleh tim-tim cosplayer. Jadi tidak heran kalau cosplay merupakan bagiandari seni pertunjukan urban. Untuk meramaikan acara seni pertunjukanurban ini, maka dibuatlah penciptaan tokoh wayang Limbuk. Inidisamping sebagai kritik terhadap cosplay pada umumnya, juga sebagaisolusi bagi cosplayer berukuran besar agar bisa ikut ambil bagian dalamacara cosplay tanpa harus khawatir dengan bentuk tubuh. Di samping itujuga melestarikan pewayangan di era globalisasi ini dengan mengalikreativitas melalui cosplay.Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif denganpendekatan grounded theory dan fenomenologi, serta didukung denganberbagai teori seperti teori postmodern, penulis mencoba membuatkonsep penciptaan cosplay tokoh wayang “Limbuk†untuk senipertunjukan di Jakarta. Untuk proses penciptaan cosplay karakter ini tidakjauh berbeda dengan yang dilakukan desainer fesyen pada umumnyaditambah penggunaan metode penciptaan dekontruksi.
J Jakarta as one of the urban cities in Indonesia is a gathering place ofvarious cultures both local cultures and foreign cultures. One of them is cosplay.Japanese sub-culture what often found in some cosplay event held at the mall andthe community and their particular campus. Generally in there, cosplayers(cosplay actors) gather together and competing to display their work at its best.Generally cosplay is the work of two dimension fiction and narrative non-fictioncharacter who composed in the form of three dimension by cosplayers. However, aphenomenon similar events change the thinking about cosplay. The show wasnamed Hellofest, where cosplayers wear costumes and makeup character not onlyfrom Japan or America but also from Indonesia. In Hellofest, can be foundcosplayers wear costumes and make up were inspired by puppet characters.Cosplay is the art of playing the role like a theater, however, because in theevent there is a cabaret diikutin cosplay by cosplayer teams. So, you do not besurprised if the cosplay is part of the urban arts. To enliven the urban arts, hencemade Limbuk puppet creation. This is in addition to the criticism of cosplay ingeneral, as well as a solution for large-sized cosplayers in order to take part incosplay events without having to worry about the shape of the body. In addition, italso preserve puppetry in this era of globalization by multiplying creativitythrough cosplay.By using qualitative research methods with a grounded theory approachand phenomenology, and supported by a variety of theories as postmodern theory,the author tries to make the concept of creating puppet cosplay "Limbuk" for anart show in Jakarta. For cosplay character creation process is not much differentfrom those of fashion designers in general, plus the use of the method of creationdeconstruction.