usulan perbaikan kualitas pada proses produksi pakaian tommy hilfiger tipr 133 menggunakan metode six sigma dengan pendekatan fuzzy logic di PT. Mulia Knitting Factory
P PT. Mulia Knitting Factory adalah perusahan yang bergerak di bidang tekstil perajutan dan garment. PT. Mulia Knitting Factory terdiri dari 2 bagian yaitu bagian lokal dan ekspor, dimana pakaian Tommy Hilfiger Tipe 133 merupakan salah satu produk yang dihasilkan. Berdasarkan data historis perusahaan untuk produk Tommy Hilfiger Tipe 133 pada periode Juluari 2011 hingga Maret 2011 merupakan produk dengan persentase cacat tertinggi. Oleh karena itu, PT. Mulia Knitting Factory perlu meningkatkan dan memperbaiki kualitas produk. Pemecahan permasalahan ini dilakukan dengan metode Six Sigma Fuzzy FMEA dengan metodologi DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control). Berdasarkan basil pengukuran didapatkan nilai DPMO yang dimiliki perusahaan sebesar 68.000 dengan tingkat sigma sebesar 2.99 sigma. Untuk meningkatkan tingkat sigma perusahaan dilakukan analisa serta perbaikan lebih lanjut terhadap proses produksi menggunakan metode Fuzzy FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) untuk mengetahui faktor penyebab kegagalan dan menghitung nilai FRPN tertinggi sebagai prioritas penyebab kecacatan utama adalah cacat T-Leher dengan nilai FRPN 500. Untuk meningkatkan nilai sigma perusahaan pada proses ini adalah dengan membuat usulan alat bantu, yaitu berupa jig "V" untuk meminimasi cacat T-Leher. Setel dilakukan implementasi, nilai DPMO berubah menjadi 58.900 dengan tingkat sig enjadi 3.07 sigma.
P PT. Mulia Knitting Factory is a company operating in the knitted textile and garment sector. PT. Mulia Knitting Factory consists of 2 parts, namely the local and export parts, where Tommy Hilfiger Type 133 clothing is one of the products produced. Based on the company's historical data, the Tommy Hilfiger Type 133 product in the period July 2011 to March 2011 is the product with the highest percentage of defects. Therefore, PT. Mulia Knitting Factory needs to improve and improve product quality. Solving this problem was carried out using the Six Sigma Fuzzy FMEA method with the DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control) methodology. Based on the measurement results, it was found that the company's DPMO value was 68,000 with a sigma level of 2.99 sigma. To increase the company's sigma level, further analysis and improvements were carried out on the production process using the Fuzzy FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) method to determine the factors causing failure and calculate the highest FRPN value as a priority cause of the main defect, namely T-Neck defects with an FRPN value of 500. To increase the company's sigma value in this process, it is necessary to propose a tool, namely a "V" jig to minimize T-Neck defects. After implementation, the DPMO value changed to 58,900 with a sig level of 3.07 sigma.