Perancangan dan pembuatan mesin pegempa berulir biji bintaro
P T. Krakatau Wajatama adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri baja. Perusahaan menghasilkan 2 jenis produk yaitu Baja Tulangan dan Baja Profil. Penelitian pada PT. Krakatau Wajatama dilakukan pada pabrik Baja Tulangan dengan produk Baja Tulangan Sirip tipe S-13, S-16, S-19, dan S-25. Permasalahan pada PT. Krakatau Wajatama saat ini adalah perusahaan belum menggunakan sistem pengendalian persediaan yang optimal, khususnya persediaan barang jadi. Hal ini menyebabkan kekurangan persediaan barang jadi sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Dalam hal ini perusahaan melakukan tindakan backorder. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan perbaikan pengendalian persediaan produk jadi dengan model persediaan Economic Production Quantity (EPQ) backorder dengan mempertimbangkan adanya scrap hasil produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Pertimbangan adanya scrap tersebut dilakukan karena scrap sangat mempengaruhi terjadinya kekurangan jumlah produk jadi pada perusahaan. Pada penelitian ini menggunakan 2 jenis model persediaan yaitu EPQ dengan kondisi tidak mengalami backorder dan tidak memperhatikan scrap dan EPQ dengan kondisi backorder dan memperhatikan adanya scrap. Kondisi perusahaan saat ini memiliki total biaya sebesar Rp 115,473,073,913. Hasil yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan 2 jenis model persediaan it i adalah model EPQ tanpa terjadinya kondisi backorder dan tidak adanya scrap motniliki total biaya yang sebesar Rp 109,266,686,000,- selama 3 bulan, dengan jurni th produksi optimal produk S-13 yaitu 524,81 ton per siklus, produk S-16 yaitu 553,09 ion per siklus, produk S-19 yaitu 544,44 ton per siklus, dan produk S-25 yaitu 384,44 ton per siklus. Dimana panjang tiap siklus adalah 11 hari, dengan jumlah siklus selama 3 bulan adalah h8,1 siklus. Model EPQ dengan ko isi backorder de- memp( rtimbangkan adanya scrap memiliki total biaya Rp 110,79 310,1iic selama 3 , dengan jumlah produksi optimal produk S-13 yaitu 602, 7 ton • si lus, pro aitu 633,22 ton per siklus, produk S-19 yaitu 626,8 dais prodtk s-25 yaitu 440,81 ton per siklus. Dengan panjang tiap siklus a' alah 13 hari dan jumlah siklus selama 3 bulan adalah 7 siklus. Adapun jumlah backorder optimal pada produk S-13 yaitu 2,63 ton per siklus, produk S-16 yaitu 3,85 ton per siklus, produk S-19 yaitu 11,31 ton per siklus, dan produk S-25 yaitu 20,76 ton per siklus. Model EPQ tanpa kondisi backorder dengan mempertimbangkan scrap memiliki total biaya yang sebesar Rp 123,914,479,044,- selama 3 bulan, dengan jumlah produksi optimal produk S-13 yaitu 1773,18 ton per siklus, produk S-16 yaitu 1659,84 ton per siklus, produk S-19 yaitu 1014,55 ton per siklus, dan produk S-25 yaitu 548,61 ton per siklus. Dengan lama periode produksi adalah 86-87 hari. Berdasarkan basil perhitungan tersebut, apabila perusahaan menerapkan metode EPQ dengan kondisi tidak mengalami backorder tetapi tidak memperhatikan scrap, maka perusahaan akan mendapatkan biaya tambahan jika terdapat adanya scrap. Apabila perusahaan menggunakan metode EPQ dengan kondisi backorder dan memperhatikan scrap, maka perusahaan akan mengeluarkan total biaya tanpa adanya biaya tambahan lain. Sedangkan, apabila menggunakan EPQ tanpa backorder dengan scrap, total biaya yang dikeluarkan telah mempertimbangkan adanya scrap dan tidak ada biaya backorder. Pada penelitian ini dilakukan analisa sensitivitas perubahan biaya simpan dan biaya setup terhadap total biaya. Hasil menunjukkan bahwa perubahan kenaikan dan penurunan biaya simpan dan biaya setup berbanding lurus dengan total biaya
P T. Krakatau Wajatama is a manufacturing company engaged in the steel industry. The company produces 2 types of products, namely Reinforcing Steel and Profile Steel. Research at PT. Krakatau Wajatama is carried out at the Reinforcement Steel factory with Fin Reinforcement Steel products of types S-13, S-16, S-19, and S-25. Problems at PT. Krakatau Wajatama at this time is the company has not used an optimal inventory control system, especially finished goods inventory. This causes a shortage of finished goods inventory so that the company cannot meet consumer demand. In this case the company takes backorder actions. The purpose of this research is to provide an improvement in inventory control of finished products with an Economic Production Quantity (EPQ) backorder inventory model by considering the existence of production scraps in order to meet consumer demand. The consideration of the existence of scrap is carried out because scrap greatly affects the occurrence of a shortage of finished products in the company. In this study, 2 types of inventory models are used, namely EPQ with no backorder conditions and not paying attention to scrap and EPQ with backorder conditions and paying attention to scrap. The current condition of the company has a total cost of Rp. 115,473,073,913. The results obtained from calculations using 2 types of inventory models, namely the EPQ model without the occurrence of backorder conditions and the absence of scrap, have a total cost of Rp. tons per cycle, S-16 products were 553.09 ions per cycle, S-19 products were 544.44 tons per cycle, and S-25 products were 384.44 tons per cycle. Where the length of each cycle is 11 days, with the number of cycles for 3 months is h8,1 cycle. The EPQ model with backorder content deems (considering the scrap has a total cost of Rp. 110.79 310.1iic for 3 years, with the optimal production amount of S-13 products, which is 602.7 tons • cycle, pro, which is 633.22 tons per cycle, product S-19 is 626.8 dais prodtk S-25 is 440.81 tons per cycle. With a length of each cycle is 13 days and the number of cycles for 3 months is 7 cycles. The optimal number of backorders for product S- 13 which is 2.63 tons per cycle, product S-16 is 3.85 tons per cycle, product S-19 is 11.31 tons per cycle, and product S-25 is 20.76 tons per cycle. backorder by considering scrap has a total cost of Rp 123,914,479.044, - for 3 months, with the optimal production amount of S-13 product which is 1773.18 tons per cycle, S-16 product which is 1659.84 tons per cycle, S-19 product that is 1014.55 tons per cycle, and the product S-25 is 548.61 tons per cycle. With a long production period of 86-87 days. Based on the results of the calculation of t Accordingly, if the company applies the EPQ method with no backorder conditions but does not pay attention to scrap, then the company will get additional costs if there is scrap. If the company uses the EPQ method with backorder conditions and pays attention to scrap, then the company will incur total costs without any additional costs. Meanwhile, when using EPQ without a backorder with scrap, the total costs incurred have taken into account the presence of scrap and no backorder costs. In this study, sensitivity analysis of changes in storage costs and setup costs was carried out on the total cost. The results show that changes in the increase and decrease in holding costs and setup costs are directly proportional to the total costs