Tingkat subyektifitas manusia terhadap berbagai sumber bising
D alam menilai kebisingan, manusia selalu dipengaruhi oleh faktor subyektifitas. Faktor subyektifitas ini merupakan hambatan bagi manusia untuk membuat suatu arat yang dapat menilai suatu kebisingan dengan tepat seperti yang dirasakan oleh manusia. Akan tetapi kita perlu memiliki suatu kriteria yang menyatakan bilamana seseorang merasa terganggu oleh kebisingan.Oleh karena itu, perlu diadakan suatu penelitian untuk pendengaran telinga orang Indonesia. Selain itu juga untuk mengidentifikasikan sumber — sumber bising yang mengganggu dengan metode loudness (ISO 532) dan menggunakan kuesioner (responden).Untuk mengevaluasi keras suara/kebisingan yang kompleks amatlah sukar, sebab disamping frekuensi -— frekuensi yang terkandung dalam kehisingan tersebut, faktor perhatian manusia juga akan turut menentukan. Suatu percobaan yang dikenal dengan “estimasi besaran†didasarkan pada kesan seseorang (egual loudness contour).Berdasarkan hal diatas.maka dalam penelitian ini dilakukan pemaparan sumber-sumber bising antara lain pure tone tone, pesawat terbang, lalu lintas, kereta api, motor statis dan white noise. Pengambilan data dibagi menjadi tahap perekaman sumber bising,pengambilan data sumber suara pure tone dengan responden (10 pria dan 10 wanita), pengambilan data sumber suara selain pure tone dengan responden, pengambilan data sumber suara selain pure tone dengan menentukan loudness-nya. Penelitian dilakukan di dalam ruangan semi bebas gema (hemianechoic room) Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal. Data yang dibutuhkan untuk mendapatkan /oudness adalah data tingkat tekanan suara (dB) dalam pita 1/3 oktaf dari frekuensi 40 Hz sampai 12500 Hz pada level 70,80,90 dB untuk semua sumber bising.Dari hasil penelitian didapat bahwa tanggapan ambang bawah pria terhadap sumber suara nada tunggal memiliki pola respon pendengaran tersebar dibanding dengan wanita. Sebaliknya, respon terganggu untuk pendengaran wanita memiliki pola yang tersebar dibanding pria. Hal ini bisa disebabkan oleh respon dari responden yang berbeda-beda. Pada tingkat tekanan suara yang sama: 70 dB, 80 dB atau 90 dB, berturut-turut sebanyak 30%,70%, 95% (untuk motor statis) responden merasa terganggu dan untuk sumber white noise sebanyak 20%, 60%, 100%. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan dimana loudness leveinya secara berturut-turut sebesar 80,86 phons; 89,26 phons; 97,84 phons (untuk motor statis) dan 83,79 phons; 93,31 phons: 102,80 phons (untuk White noise). Selain itu juga, pada frekuensi 1000 Hz , 4000 Hz. 8000 Hz tingkat tekanan suara motor statis dan white noise lebih tinggi daripada pesawat terbang, lalu lintas dan kereta api.Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan sumber bising yang paling mengganggu adalah motor statis dimana tingkat kekerasan suara memberi sensasi bunyi mulai terganggu pada 80 phons dan pada frekuensi 4000 Hz. Bunyi pada tingkat tekanan suara dengan frekuensi 4000 Hz akan menghasilkan tingkat persepsi yang sama dengan tingkat tekanan suara di frekuensi 1000 Hz. (egual loudness contour). Bising dan persepsinya ditentukan oleh latar belakang orang tersebut. Dalam penelitian lebih lanjut, dicari responden yang lebih beraneka ragam latar belakangnya dan sumber bunyi agar diperbanyak Dengan mengidentifikasikan sumber bisingnya, dapat dibuat aturan untuk pengendalian lingkungan.