Evaluasi hasil hydraulic fracturing menggunakan oil base fluid dan water base fluid di lapangan black dahlia
A lasan utama dilakukan pekerjaan hydraulic fracturing pada sumur PE-01 dan sumur PE-02 adalah permeabilitas kedua sumur tersebut yang relatif kecil. Permeabilitas sumur PE-01 adalah 3 mD dan sumur PE-02 sebesar 16 mD. Fluida perekah yang digunakan pada sumur PE-01 adalah oil base fluid dan jenis proppant yang digunakan adalah carbolite 20/40. Sedangkan pada sumur PE-02 fluida perekah yang digunakan adalah water base fluid dan jenis proppant yang digunakan adalah regular white sand 16/30. Ada 4 tahap yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan hydraulic fracturing, yaitu breakdown test / mini fall off, step rate test, minifrac dan mainfrac. Step rate test terbagi menjadi dua bagian, yaitu step up test dan step down test. Tahapan tersebut dilakukan agar hasil geometri rekahan yang terbentuk sesuai dengan desain yang sudah direncanakan sebelumnya, sehingga target optimal dapat tercapai. Berdasarkan perhitungan permeabilitas formasi yang terjadi, sumur PE-01 terjadi peningkatan dari 3 mD menjadi 75.45 mD dan sumur PE-02 dari 16 mD menjadi 90.49 mD. Analisa untuk perhitungan kenaikan produktivitas dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode Prats, metode Cinco-Ley, Samaniego & Dominiquez dan metode McGuire-Sikora. Pada dasarnya penggunaan fluida perekah berbahan dasar air ataupun minyak tergantung dari karakteristik reservoir sumur yang akan dilakukan hydraulic fracturing. Kelebihan menggunakan fluida perekah berbahan dasar minyak yaitu dapat digunakan pada formasi yang sensitif terhadap air dan tidak membutuhkan banyak penambahan zat additive. Sedangkan kelebihan penggunaan fluida perekah berbahan dasar air yaitu, mudah didapatkan dan lebih aman digunakan. Kelemahan menggunakan fluida perekah berbahan dasar minyak lebih mahal dan mudah terbakar. Sedangkan, kelemahan dari fluida perekah berbahan dasar air, membutuhkan banyak zat additive dan sensitif apabila digunakan pada formasi yang sensitive terhadap air.
P E-01 wells used oil base fluid as fract fluid due to the characteristics of the reservoir layer is sensitive to water wells and proppant types used is Carbolite 20/40. Permeability of the PE-01 wells are relatively small at 3 mD with porosity of 8%. Evaluation of the results of the geometry of hydraulic fracturing jobs on wells PE-01 shows the fracture length (Xf) 214.3 ft, the average width of fracture (Wf) 0.404 inch, high fracture (Hf) 172 ft, dimensionless conductivity 4.41 and conductivity fracture (Cf) 2,173.6 mD . ft. PE-02 wells used water base fluid as fract fluid and proppant types used is regular white sand 16/30. Permeability of the PE-02 wells are relatively small at 16 mD with porosities of 10%. Evaluation of the results of the geometry of hydraulic fracturing jobs on wells PE-02 shows the fracture length (Xf) 186 ft, the average width of fracture (Wf) 0.08-inch, high fracture (Hf) 179 ft, fracture conductivity 3.799 mD.ft and dimensionless conductivity of 2.8. Basically the selection of fracturing base fluid, use water-based fluid or oil wells depends on reservoir characteristics to be performed hydraulic fracturing. Excess use of oil-based fract fluid that can be used in formations that are sensitive to water and does not require much additional additive substances. While the advantages of the use of water-based fract fluid is readily available and safer to use. Disadvantages of using oil-based fluid that is more expensive and flammable. Meanwhile, the weakness of water-based fract fluid, requiring a lot of other additives and sensitive when used in water-sensitive formations.