DETAIL KOLEKSI

Pengelolaan Sub DAS Cikapundung menggunakan model soil and water assessment tool (SWAT)


Oleh : Prasasti Kinasih Widjokongko

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2022

Pembimbing 1 : Ramadhani Yanidar

Pembimbing 2 : Widyo Astono

Subyek : Land use

Kata Kunci : Cikapundung sub-watershed, SWAT, hydrological model, peak discharge, land use

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2022_TA_STL_082001800049_Halaman-judul.pdf 15
2. 2022_TA_STL_082001800049_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 2022_TA_STL_082001800049_Bab-1_Pendahuluan.pdf 2
4. 2022_TA_STL_082001800049_Bab-2_Tinjauan-pustaka.pdf 15
5. 2022_TA_STL_082001800049_Bab-3_Metode-penelitian.pdf 18
6. 2022_TA_STL_082001800049_Bab-4_Analisis-dan-pembahasan.pdf 53
7. 2022_TA_STL_082001800049_Bab-5_Simpulan-dan-saran.pdf 1
8. 2022_TA_STL_082001800049_Daftar-pustaka.pdf 5
9. 2022_TA_STL_082001800049_Lampiran.pdf 81

P Peristiwa bencana banjir sering terjadi apabila musim penghujan tiba. Banjir kerapmenjadi masalah bagi sebagian warga, terutama yang tinggal di daerah dataranrendah dan bantaran sungai. Pengalihan fungsi lahan dari lahan hijau atautertanamimenjadi kawasan pengembangan dapat meningkatkan aliran airpermukaan dan dapat menyebabkan banjir. Berkembangnya Kota Bandungmencerminkan perubahan pada Sungai Cikapundung dengan munculnyapermukiman kumuh dan alih fungsi lahan. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisa pengaruh perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Cikapundungterhadap debit Sungai Cikapundung dan upaya pengelolaan DAS, denganmenggunakan simulasi Model Soil and Water Assessment Tool (SWAT). ModelSWAT menggunakan input data berupa peta DEM, jaringan sungai, jenis tanah,penggunaan lahan, curah hujan wilayah, debit observasi, curah hujan harian,temperatur maksimum-minimum, temperatur rata-rata, kelembapan dankecepatan angin rata-rata, serta penyinaran matahari. Tahapan pengembanganmodel SWAT diawali dengan deliniasi DAS, dan dilanjutkan denganpembentukan Hydrological Response Unit (HRU), input data iklim, runningmodel SWAT, kalibrasi, validasi model, serta simulasi model. Kalibrasi dilakukandengan membandingkan data debit harian model dengan data debit observasi diStasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Maribaya yang berlokasi di subbasin 1,menunjukkan nilai R2 0,80 dan NSE 0,05 serta hasil validasi harian menunjukkannilai R 2 0,79 dan NSE -0,62 termasuk kategori tidak memuaskan, tetapi korelasiantara debit observasi dan debit model termasuk kategori kuat sehinggadiasumsikan debit model dapat mencerminkan debit observasi. SimulasiPenerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air (KTA) menghasilkan aliranpermukaan sebesar 270,23 mm/tahun atau menurun sebesar 50,21% dari kondisieksisting. Simulasi Pola Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiJawa Barat Tahun 2005-2025 menghasilkan prediksi aliran permukaan sebesar439,69 mm/tahun. Selanjutnya, simulasi pada kondisi yang sama dengan hujanekstrim pada tahun 2010 menghasilkan aliran permukaan sebesar 1.325,51mm/tahun. Sehingga, apabila dilakukan penerapan teknik KTA pada kondisi yangsama dengan hujan ekstrim menghasilkan 830,01 mm/tahun. Penerapan teknikKTA berupa reboisasi, agroforestri, dan sumur resapan air merupakan strategiyang tepat untuk menurunkan aliran permukaan di Sub DAS Cikapundung

F Flood disasters often occur when the rainy season arrives. Floods are often aproblem for some residents, especially those who live in low-lying areas andriverbanks. The conversion of land functions from green or planted land intodevelopment areas can increase surface water flow and can cause flooding. Thedevelopment of the city of Bandung reflects changes in the Cikapundung Riverwith the emergence of slum settlements and land conversion. This study aims toanalyze the effect of land use changes in the Cikapundung sub-watershed on theCikapundung river discharge and watershed management efforts, using the Soiland Water Assessment Tool (SWAT) simulation model. The SWAT model usesinput data in the form of DEM maps, river networks, soil types, land use, regionalrainfall, observation discharge, daily rainfall, maximum-minimum temperature,average temperature, humidity and average wind speed, and solar radiation. . Thestages of developing the SWAT model begin with watershed delineation, andcontinue with the formation of a Hydrological Response Unit (HRU), input climatedata, running SWAT models, calibration, model validation, and model simulation.Calibration was carried out by comparing the model's daily discharge data withobservational discharge data at the Maribaya River Flow Observer Station (SPAS)located in subbasin 1, showing R2 values of 0,80 and NSE 0,05 and dailyvalidation results showing R2values of 0,79 and NSE -0,62 is in the unsatisfactorycategory, but the correlation between the observed discharge and the modeldischarge is in a strong category, so it is assumed that the model discharge canreflect the observed discharge. Simulation of the Application of Soil and WaterConservation Techniques (KTA) produces a runoff of 270,23 mm/year or adecrease of 50,21% from the existing condition. Simulation of the Regional SpatialPlan (RTRW) of West Java Province in 2005-2025 resulted in a surface runoffprediction of 439,69 mm/year. Furthermore, simulations under the same conditionsas extreme rain in 2010 resulted in a surface runoff of 1.325,51 mm/year. So, if theapplication of the KTA technique is carried out under the same conditions asextreme rain, it will produce 830,01 mm/year. The application of KTA techniquesin the form of reforestation, agroforestry, and water absorption wells is the rightstrategy to reduce surface runoff in the Cikapundung sub-watershed

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?