Perancangan rumah susun Jalan Tongkol 10 di Kawasan Kota Tua, Jakarta Utara dengan pendekatan desain inklusif
K Kota Jakarta sebagai pusat ekonomi membawa arus perpindahan warga ke kota yang cukup besar. Kepadatan penduduk pun juga ikut meningkat dan semakin banyak hunian ilegal yang kurang diperhatikan. Peremajaan hunian dapat dilakukan secara vertikal untuk perpindahaan rumah tinggal yang lebih layak dengan pemanfaatan lahan kembali yang sudah tidak terpakai. Salah satunya adalah lahan cagar budaya bekas Kastil Batavia yang sudah terbengkalai di Jalan Tongkol, kawasan Kota Tua, Jakarta Utara. Lahan ini dapat dihidupkan kembali dengan memberi ruang yang berfungsi untuk menampung berbagai aktivitas seperti perancangan rumah. Pembangunan rumah susun yang ada di Jakarta juga belum memenuhi kebutuhan keberagaman penghuni terutama aspek semua umur dan disabilitas. Akses ke lantai atas perlu diperhatikan karena penghuni akan bertambah umur dan mungkin mengalami perubahan fisik. Orientasi rumah susun masih banyak yang tidak memprioritaskan pejalan kaki. Perancangan ini menggunakan pendekatan arsitektur desain inklusif untuk dapat diakses dan mewadahi semua orang. Perancangan dapat mengutamakan kegunaan fasilitas yang seluas-luasnya untuk penghuni maupun sekitar agar dapat digunakan bersama-sama. Selain itu, desain inklusif memperhatikan setiap pengguna untuk dapat memiliki kenyamanan dan keamanan yang setara. Perancangan ini melewati metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data dari primer seperti survei ke tapak dan sekunder seperti membaca buku mengenai rumah susun dan desain inklusif, lalu dilaksanakan analisis data dengan metode Robert G. Hershberger dan Anthony H. Kathryn yang dikembangkan menjadi rancangan bangunan Rumah Susun Jalan Tongkol 10. Perancangan ini dapat mempertimbangkan aspek kenyamanan penghuni dengan bersikap inklusif seperti adil terhadap aksesibilitas, zonasi dan fasilitas. Fleksibel terhadap kegunaan ruang. Sederhana dan intuitif terhadap bentuk massa dan fasad, lansekap, jalur sirkulasi, dan pencahayaan. Informasi yang jelas terhadap jalur pedestrian, area lobi, pintu masuk, dan signage dalam bangunan dan tiap unit. Lalu terdapat preventif terhadap kesalahan yang mengarah ke peletakkan massa, titik evakuasi, pemisahan jalur, struktur dilatasi serta material. Upaya fisik yang rendah seperti pembagian pengelolaan administrasi, ruang lift, serta perawatan material. Dan penerapan terakhir yaitu ukuran dan penggunaan yang ditandai dalam pemberian inner-court, keterbukaan bangunan, ruang tumbuh untuk difabel, dan ukuran furnitur yang aman.
T The city of Jakarta as an economic center has brought a large number of people moving to the city. Population density has also increased more illegal dwellings are getting less attention. Residential rejuvenation can be carried out vertically to move houses that are more suitable by reusing unused land. One of them is the heritage area of the former Batavia Castle which has been abandoned on Jalan Tongkol, Kota Tua area, North Jakarta. This land can be revived by providing space that serves to accommodate various activities such as house design. The construction of public housing in Jakarta also has not met the needs of the diversity of residents, especially aspects of all ages and disabilities. Access to the upper floors needs to be considered because residents will age and may experience physical changes. There are still many public housing orientations that do not prioritize pedestrians. This design uses an inclusive design architectural approach to be accessible and accommodating for everyone. The design can prioritize the use of the widest possible facilities for residents and surrounding areas so that they can be used together. In addition, the inclusive design pays attention to every user to be able to have equal comfort and safety. This design passed a descriptive qualitative method by collecting data from primary such as surveys to the site and secondary such as reading books about public housing and inclusive design, then data analysis was carried out using the method of Robert G. Hershberger and Anthony H. Kathryn which was developed into a street apartment building design. Tongkol 10. This design can consider aspects of user comfort by being inclusive, such as equitable use to accessibility, zoning, and facilities. Flexible to the use of space. Simple and intuitive to mass and facade shapes, landscaping, circulation paths, and lighting. Perceptible information on pedestrian paths, lobby areas, entrances, and signage in buildings and each unit. Then there is prevention against errors that lead to mass placement, evacuation points, path separation, dilatation structures, and materials. A low physical effort such as the division of administrative management, elevator space, and material maintenance. And the last application is the size and use that is marked in the provision of inner-court, building openness, growing space for the disabled, and safe furniture sizes.