Evaluasi dwelling time di Terminal Peti Kremas Pelabuhan Tanajung Emas Semarang
S Sejarah perkembangan dwelling time saat ini berkembang dengan pesat seiring desakan dari pemerintah yang berada di tingkat global, dimana Pelabuhan Tanjung Emas merupakan pelabuhan yang dikategorikan dalam kelas 1 yang termasuk pelabuhan besar yang di dalamnya terdapat bongkar muat barang impor maupun ekspor. Oleh karena itu, Dwelling Time sangat mempengaruhi terhadap penumpukan peti kemas yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Emas khususnya pada terminal peti kemas. Agar tidak terjadi penumpukan di lapangan penumpukan peti kemas, maka Dwelling Time tersebut harus sesuai dengan standard dari pihak bea cukai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas dalam melayani arus peti kemas, mengetahui penyebab tingginya angka dwelling time, dan mengetahui luas lapangan penumpukan peti kemas yang diperlukan untuk menumpuk sampai empat tumpukan peti kemas. Hasil dari perhitungan menunjukkan BOR yang didapatkan pada tahun 2019 adalah sebesar 31,99% yang berarti masih mampu melayani arus kapal dan arus barang dengan baik. Berdasarkan hasil evaluasi Dwelling Time (DT) yang menyebabkan tingginya angka dwelling time yaitu pada proses custom clearance membutuhkan waktu 250 menit yang menyebabkan rata rata Dwelling Time mencapai 5 hari. Akibat tingginya angka Dwelling Time, maka diperlukan perluasan lapangan penumpukan sebesar 21.322 m² atau 2,1 ha. Dari hasil perhitungan luas lapangan penumpukan yang ada masih mencukupi untuk empat susun petikemas, tetapi nilai YOR mencapai 97,03% melebihi yang ditetapkan yaitu 65%.
T The history of the development of dwelling time is currently growing rapidly in line with pressure from the government at the global level, where the Port of Tanjung Emas is a port categorized in class 1 which includes large ports in which there are loading and unloading of imported and exported goods. Therefore, Dwelling Time greatly affects the container buildup that occurs at Tanjung Emas Port, especially at the container terminal. In order to avoid a buildup in the container stacking field, the Dwelling Time must be in accordance with the customs standards. This study aims to determine the ability of container terminals at the Port of Tanjung Emas to serve the flow of containers, determine the causes of high dwelling time numbers, and determine the area of container stacking field needed to pile up to four container stacks. The results of the calculations show the BOR obtained in 2019 amounted to 31.99% which means it is still able to serve the flow of ships and the flow of goods properly. Based on the results of the evaluation of Dwelling Time (DT) which causes a high number of dwelling time, namely the custom clearance process takes 210 minutes which causes the average Dwelling Time to reach 5 days. Due to the high number of Dwelling Time, it is necessary to expand the stacking yard by 21,322 m² or 2.1 ha. From the results of the calculation, the existing stacking area is still sufficient for four container stacking, but the YOR value reaches 97.03%, exceeding the stipulated 65%.