DETAIL KOLEKSI

Analisis deposisi kering dan kadar timbal (Pb) dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Banten 3 Lontar

1.0


Oleh : Fildza Khumeira

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : Hernani Yulinawati

Pembimbing 2 : Asih Wijayanti

Subyek : Air pollution;Environment

Kata Kunci : TSP, PM, Pb, gaussian model, ambient air quality standard

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TA_STL_082001400025_Halaman-judul.pdf 18
2. 2019_TA_STL_082001400025_Bab-1.pdf 3
3. 2019_TA_STL_082001400025_Bab-2.pdf
4. 2019_TA_STL_082001400025_Bab-3.pdf
5. 2019_TA_STL_082001400025_Bab-4.pdf
6. 2019_TA_STL_082001400025_Bab-5.pdf
7. 2019_TA_STL_082001400025_Daftar-pustaka.pdf 2
8. 2019_TA_STL_082001400025_Lampiran.pdf

P Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Banten 3 Lontar (3 unit x 315MW) berlokasi di Kabupaten Tangerang, merupakan bagian dari proyek percepatan kelistrikan 10.000 MW di Pulau Jawa. Selain manfaat ekonomi, ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap kualitas udara ambien. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi total partikel tersuspensi (TSP) dengan model dispersi Gaussian, konsentrasi partikulat (PM) dan timbal (Pb), kemudian membandingkan hasilnya dengan baku mutu udara ambien nasional (PP No. 41 tahun 1999), dan bagaimana mengelola dampaknya terhadap lingkungan. Untuk penerapan model dispersi Gaussian, data sekunder yang dikumpulkan adalah: data meteorologi curah hujan, kecepatan dan arah angin (2012– 2018) untuk menentukan musim hujan dan kemarau, dan angin dominan berdasarkan naik angin; data pemantauan emisi dan ambien dari PLTU (2017–2018). Berdasarkan analisis dimensi emisi dari Unit 1 dan 2 pada 2017–2018, hasil model Gaussian menunjukkan konsentrasi maksimum TSP di udara ambien dengan stabilitas atmosfer kelas A, B, D, E, dan F berurutan sebagai berikut 246,80–268,77μg/Nm³, 138,46–150,22μg/Nm³, 73,98– 81,25μg/Nm³, 31,14–33,58μg/Nm³, dan 9,53–10,35µg/Nm³. Untuk Unit 3 pada 2017 adalah 122,43–128,87μg/Nm³, 68,53–72,14 μg/Nm³, 37,08–38,95μg/Nm³, 15,30– 16,09μg/Nm³, dan 4,72–4,96μg/Nm³, pada tahun 2018 Unit 3 tidak beroperasi. Jarak untuk konsentrasi TSP maksimum dengan stabilitas atmosfer kelas A, B, D, E, dan F adalah 400m, 900m, 4.000m, 6.700m, dan 24.000m. Pola sebaran polutan selama musim hujan dan kemarau dipengaruhi oleh angin dominan Timur Laut dengan kecepatan angin 1,36-1,43m/dtk. Berdasarkan data sekunder tahun 2017-2018, konsentrasi maksimum di udara ambien untuk TSP 876,99µg/Nm³, PM₁₀ 108,56µg/Nm³, PM₂,₅ 56,68µg/Nm³, dan Pb 0,09µg/Nm³. Tahun 2017–2018, konsentrasi PM dan Pb memenuhi baku mutu udara ambien, tetapi TSP tahun 2018 telah melewati baku mutu udara ambien. Konsentrasi TSP yang melebihi batas baku mutu dapat memberi dampak gangguan terhadap sistem pernafasan pada para pekerja dan masyarakat di sekitar PLTU, maka perlu upaya pengendalian emisi partikel dengan filter pada proses produksinya.

C Coal-Fired Power Plant (PLTU) Banten 3 Lontar (3 unit x 315MW) is located in Tangerang Regency, as part of electricity project accelerating 10,000MW on the Java Island. One new unit of 315MW is being constructed. Besides the economic benefits, there is a concern on its impacts to the ambient air quality. This study aims to determine the concentration of total suspended particulate (TSP) with Gaussian dispersions model, the concentration of particulate matter (PM) and lead (Pb), then to compare the results with the national ambient air quality standard (Government Regulation or PP No. 41 of 1999), and to manage its impacts to surroundings. For the application of Gaussian dispersion model, secondary data collected were: meteorological data of precipitation, wind speed and direction (2012-2018) to determine wet and dry seasons, and dominant wind based on wind rose; emission and ambient monitoring data from PLTU (20172018). Based on the dimensional analysis of emissions from Units 1 and 2 in 2017–2018, the Gaussian model results show the maximum concentration of ambient air TSP with atmospheric stability class A, B, D, E, and F as follow 246.80–268.77µg/Nm³, 138.46– 150.22µg/Nm³, 73.98–81.25µg/Nm³, 31.14–33.58µg/Nm³, and 9.53–10.35µg/Nm³. For Unit 3 in 2017 were 122.43–128.87µg/Nm³, 68.53–72.14µg/Nm³, 37.08–38.95µg/Nm³, 15.30–16.09µg/Nm³, and 4.72–4.96µg/Nm³, in 2018 Unit 3 was not operated. The distance for maximum TSP concentration with atmospheric stability class A,B,D,E, and F were 400m, 900m, 4,000m, 6,700m, and 24,000m. The dispersion pattern of pollutants during rainy and dry seasons influenced by the dominant wind of North East with the wind speed of 1.36-1.43m/sec. Based on secondary data from PLTU in 2017–2018, maximum ambient air concentrations for TSP 876.99µg/Nm³; PM₂,₅ 56.68µg/Nm³; PM₁₀ 108.56 µg/Nm³, and Pb 0.09 µg/Nm³. In 2017-2018, PM and Pb concentration met the ambient air quality standard but for TSP concentration in 2018 has exceeded the ambient air quality standard. The TSP concentration that exceeds the ambient air quality standard can affect to the respiratory system of workers and communities around the PLTU, it is necessary to control particle emissions with filters in the production process.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?