DETAIL KOLEKSI

Analisis struktur pada daerah Natuna Barat dengan metode rekonstruksi penampang berdasarkan data seismik dan sumur


Oleh : Muhammad Rizki Rahadiansah

Info Katalog

Nomor Panggil : 1102/TG/2019

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : Agus Guntoro

Subyek : Earhquakes

Kata Kunci : Basin, West Natuna.

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TA_GL_072001500083_Halaman-Judul.pdf
2. 2019_TA_GL_072001500083_Bab-1.pdf
3. 2019_TA_GL_072001500083_Bab-2.pdf
4. 2019_TA_GL_072001500083_Bab-3.pdf
5. 2019_TA_GL_072001500083_Bab-4.pdf
6. 2019_TA_GL_072001500083_Bab-5.pdf
7. 2019_TA_GL_072001500083_Daftar-Pustaka.pdf
8. 2019_TA_GL_072001500083_Lampiran.pdf

C Cekungan Natuna Barat dibatasi oleh Cekungan Penyu di bagian Barat Daya, Cekungan Malaya di bagian Barat, Paparan Khorat di bagian Utara Busur Natuna di bagian Timur, dan Paparan Sunda di bagian Selatan. Awal terbentuknya cekungan dikarenakan tektonik intrusi lempeng India dan Lempeng Eurasia. Tektonik ini menghasilkan sistem komplek cekungan rift. Rifting bisa saja dihasilkan dari pergerakan transtensional mendatar mengiri atau oleh rezim tegasan mendatar menganan. Penelitian dilakukan berdasarkan latar belakang tersebut struktur di daerah ini dinilai sangat kompleks dan menarik untuk diteliti dengan metode Palinspastic untuk mengetahui struktur geologi besar kontraksi di daerah penelitian. Interpretasi struktur pada daerah Natuna Barat telah dilakukan menggunakan metode rekonstruksi penampang berdasarkan data seismik dan sumur mengutamakan analisis struktur geologi untuk mengetahui perubahan pola struktur, memahami geometri berupa pemanjangan dan pemendekan yang terjadi selama pembentukkannya, jenis struktur, dan sejarah geologi.Berdasakan penelitian struktur geologi memiliki orientasi NE-SW berumur lebih tua daripada struktur berorientasi NW-SE. Disebabkan karena adanya perubahan gaya yang terjadi pada daerah penelitian berupa extensional menjadi compressional. Compressional maximum pada line 1A sebesar 1,188%, compressional maximum pada line 2A sebesar 4.62%, dan compressional maximum pada line 3A sebesar 20,38%. Compressional maximum pada line 1B sebesar 13,68%, compressional maximum pada line 2B sebesar 5%, compressional maximum pada line 3B sebesar 2,79%, extensional maximum pada line 3B sebesar 0,41%, compressional maximum pada line 4B sebesar 23,94%, compressional maximum pada line 5B sebesar 4,54%, dan compressional maximum pada line 6B sebesar 17,12%. Compressional maximum pada line 1C sebesar 93,48%, compressional maximum pada line 2C sebesar 17,89%, compressional maximum pada line 3C sebesar 2,52%, dan extensional maximum pada line 3C sebesar 0,15%.

T The West Natuna Basin is bounded by the Penyu Basin in the Southwest, Malaya Basin in the West, Khorat Exposure in the North Natuna Arc in the East, and Sunda Exposure in the South. The initial formation of the basin due to tectonic intrusion of Indian plates and the Eurasian Plate. This tectonic system produces the rift basin complex. Rifting could have been generated from horizontal transitional movements of the left flank or by the horizontal confession regime. The study was conducted based on the background of the structure in this area considered to be very complex and interesting to be investigated by the Palinspastic method to determine the geological structure of the large contractions in the study area. Structural interpretation in the West Natuna area has been carried out using a cross section reconstruction method based on seismic data and wells prioritizing geological structure analysis to determine changes in structural patterns, understanding geometry in the form of elongation and shortening that occurred during its formation, type of structure, and geological history.Based on geological structure research, NE-SW orientation is older than NW-SE oriented structure. Caused by a change in style that occurred in the study area in the form of extensional to compressional. Compressional maximum on line 1A is 1.188%, compressional maximum on line 2A is 4.62%, and compressional maximum on line 3A is 20.38%. Compressional maximum on line 1B is 13.68%, compressional maximum on line 2B is 5%, compressional maximum on line 3B is 2.79%, extensional maximum on line 3B is 0.41%, compressional maximum on line 4B is 23, 94%, maximum compressional on line 5B is 4.54%, and compressional maximum on line 6B is 17.12%. Compressional maximum on line 1C is 93.48%, compressional maximum on line 2C is 17.89%, compressional maximum on line 3C is 2.52%, and extensional maximum on line 3C is 0.15%.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?