DETAIL KOLEKSI

Korset postmodern : teori praktik,dan aplikasi purwa rupa

4.0


Oleh : Veronika Tanukusuma

Info Katalog

Nomor Panggil : 0003/T/2013

Subyek : Fashion;Undergarment

Penerbit : FSRD - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2013

Pembimbing 1 : Yuke Ardhiati

Pembimbing 2 : Acep Iwan saidi

Kata Kunci : Corset, Fashion Design, “LampuSorot”Design-Concept Metaphor,Postmodern, Women.

Status Posting : Published

Status : Tidak Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2013_TS_MDP_191100043_Halaman-Judul.pdf 22
2. 2013_TS_MDP_191100043_Glosarium.pdf
3. 2013_TS_MDP_191100043_Kesimpulan.pdf 4
4. 2013_TS_MDP_191100043_Daftar-Pustaka.pdf 3
5. 2013_TS_MDP_191100043_Bab-6.pdf
6. 2013_TS_MDP_191100043_Bab-5.pdf
7. 2013_TS_MDP_191100043_Bab-4.pdf
8. 2013_TS_MDP_191100043_Bab-3.pdf
9. 2013_TS_MDP_191100043_Bab-2.pdf
10. 2013-TS_MDP_191100043_Bab-1.pdf 20
11. 2013_TS_MDP_191100043_Lampiran.pdf

K Korset merupakan “pakaian dalam”dengan struktur bertulang yang membingkai torso dan berfungsi sebagai pembentuk siluet estetik, atau tubuh langsing,khususnya pada perempuan. Menjadi langsing adalah stereotip dan tergenderkan bagi perempuan. Kegagalan menjalankan kontrol pada tubuh dianggap sebagai suatu kegagalan pencitraan dan representasi perempuan ideal. Perempuan ditekankan memiliki sosok berlekuk, dengan mengurangi pinggang, dan menonjolkan payudara dan pinggul. Awalnya korset merupakan hasil konstruksi estetika Barat yang telah dikenal sejak abad ke-14, khususnya di Eropa. Di Indonesia, korset berarti pembebat perutberbentuk kembenuntuk membuat perut pada perempuan tampak lebih kecil.Fenomena korset sebagai pembebat juga ditemui di beberapa negara di Asia dan bahkan di Afrika. Korset yang dikenal sekarang, telah mengalami pergeseran makna, terutama jika dikaitkan dengan fesyen dalam kebudayaan posmodern, yang justru mengarah pada keberagaman identitas dan pencitraan. Pada penelitian ini, korset diposisikan sebagai artefak, ditelusuri secara diakronis, dan dianalisa dengan ilmu desain fesyen serta pendekatan budaya atau cultural studies.Penelitian ini terbagi menjadi tiga komponen, yaitu riset, rancangan dan aplikasi purwarupa menurut model Flynn, dengan pendekatan metode“interpretasilampu sorot” yang berbasis hermeneutika-interpretatif. Metodologi penelitian kualitatif–grounded theory–ini bermaksud mengungkap pemaknaan baru melalui praktik/rancangan korset dan aplikasi purwarupa. Melalui korset sebagai landasannya, dengan permainan tanda dan penggabungan kode-kode budaya, menghasilkan rancangan dan aplikasi purwarupa yang mengusung wacana posmodern. Pemaknaan ini akan terus bergerak dan membuka kemungkinan bagi pemaknaan demi pemaknaan baru:kekayaan imajinasi dalam desain fesyen dan pembentukan identitas, khususnya identitas bangsa.Selayaknya perempuan mengerti dan memahami tubuh sebagai manifestasi yang dapat dibenahi melalui fesyen. Melalui pemahaman tersebut maka ketidaksempurnaan lahiriah bukanlah penghambat, melainkan merupakan identitas khas, penghargaan terhadap narasi individu yang manusiawi, penanda era posmodern.

C Corset is “undergarment”with boning structure that frames the torso and serves as an aesthetic silhouette molder, or a slender body particularly forwomen. Being slim is stereotypical for women. Failure to control the body is considered as a failure of building self-physical image and ideal representation.Women are emphasized in curves figure, by reducing the waist, and accentuate the breasts and hips. Corsetis originally constructed inWestern aesthetics, whichhas been known since the 14th century, especially in Europe. In Indonesia, corset shapesbelly, known as kembento make stomach look smaller. A phenomenon of corset as torso framer isalso found in several countries in Asia and even in Africa.Today’s corset has been experiencing a frictionofmeaning, especially associated with fashion in postmodern culture, which actually leads to the identity and representative pluralism.In this study, the corset is positioned as an artifact, a diachronic traced,analyzed with fashion design discipline,approachedbycultural studies. The study is divided into three components, namely theory, practice and prototype applicationaccording to Flynn Model, andusing the method approach“lampu sorot”technique, based on hermeneutics-interpretive.This qualitative methodology –grounded theory –wasintended to reveal new meaningthrough corset practice and prototype creation. Usingcorset as foundation, merging several cultural codes,creating design and prototype applicationthat carry the postmodern discourse.This meaning will continue to move and open the possibility for another new meanings:richness of imagination infashiondesignand push identity, in particular, the national identity. Women should know and understand the body as manifestation that can be addressed through fashion. Through understanding that thephysical imperfections are not obstacles, but rather a distinctive identity, respect for the human individual narratives,signifying apostmodern era.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?