Identifikasi faktor resiko pada keterlambatan pembangunan bandung pice barudi Kabupaten Belitung Timur
B Bendung selain digunakan sebagai peninggi elevasi muka air, juga dapat digunakansebagai alat ukur debit air. Bendung dan bendungan masing-masing memiliki fungsiyang berbeda. Bendung dibuat sebagai peninggi elevasi muka air sehingga dengankondisi permukaan air yang telah dibendung air akan dialirkan ke tempat yang kitainginkan. Bendung pice pada saat ini sudah mengalami kerusakan di seluruh elemenbendung, sehingga bendung tersebut tidak dioperasikan lagi, oleh karena itupemerintah berencana membangun bendung baru guna untuk meningkatkan fungsidan manfaat bendung tersebut demi kebutuhan irigasi masyarakat, Tujuandilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari beberapa faktor yang sangatmempengaruhi terhadap pembangunan bendung pice yang baru, sehingga dapatmeningkatkan fungsi dan manfaat Bendung tersebut. Manfaat penelitian ini adalahtercapainya fungsi dan manfaat bendung yang diinginkan sehingga dapat mengairiirigasi dan dapat menampung air sehingga air irigasi tetap ada pada saat musimkemarau. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dan analisa stastistik. Analisadeskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran atau lukisan mengenai ManajemenResiko Untuk Mengurangi Keterlambatan Penggantian Bendung Pice Baru. Analisastatistik digunakan untuk mencari faktor yang paling berpengaruh terhadap pembangunan bendung untuk meningkatkan fungsi dan manfaat bendung tersebut.Data penelitian ini berasal dari pengisian kuisioner oleh para pelaku konstruksi bendung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan bahwa responden adalah orang yang mempunyai peluang yang sama untuk mengisi kuisioner. Hasil dari penelitian identifikasi factor resiko pada keterlambatan pembangunan Bendung Pice Baru yaitu material bendung yang dibutuhkan tidak ada dilokasi, kenaikan harga material bahan bendung, intensitas curah hujan tinggi, naiknya permukaan air sungai atau banjir, kelalaian/ keterlambatan oleh kontraktor pelaksana, terjadinya kerusakan akibat kelalaian/ perbuatan kontraktor, perubahan desain yang tidak terduga, koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian dalam organisasi kerja kontraktor, kurangnya keahlian dan keterampilan para pekerja, dan kurangnya motivasi para pekerja proyek.