Analisis perbandingan biaya operasi dan perencanaan penggunaan PLTS baterai dan genset di Pabrik Kayu
P Pada Perusahaan Kayu di PT Waenibe Wood Industri memiliki sistem pemabankit listrik tenaga diesel yang digunakan sehari hari, dimana dari 11 Unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang berada di pabrik tersebut hanya 3 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang dapat menyala dengan maksimal penggunaan adalah 800 kW, dimana sangat tidak efisien terkait dengan terkait dengan penggunaan secara teknis dengan penggunaan bahan bakar fosil dan spare part yang mahal untuk maintenance. Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya direncanakan untuk mempermudah sistem kelistrikan pada pabrik tersebut dari manual operation menjadi automasi dari sistem dapat mempermudah operasi dipabrik kayu tersebut, PLTS ini juga dapat meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi produksi CO2 yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan meminimalisir biaya bahan bakar fosil dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Pembangkitan energi listrik mengunakan diesel memiliki harga pembangkitan yang mahal sebesar Rp. 4826 – Rp. 5479 per kWh. Harga listrik perkWh diesel sebesar Rp. 16.500 kWh [10] per liter ditambah Rp.1500 per liter dari kota menuju pulau buru. Proyek pengunaan baterai dan PV memiliki potensi kedepannya dengan adanya program pemerintah penguranan diesel. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Baterai bekerja sebagai penjaga kestabilan daya dan sebagai sumber sementara sebelum berubah menjadi sistem diesel. Simulasi pengoptimalisasian kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Baterai dengan baterai mengunakan software HOMER dan potensi energi mengunakan PVSyst. Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Baterai dapat mengurangi pengunaan diesel sebesar 687.831 L/tahun sehingga pemasangan PLTS ini layak untuk dilakukan. Akhir masa project didapat net income sebesar Rp. 53.828.085 dengan LCOE sistem menjadi Rp. 3030 kWh dari system PLTS dan Batterai.
I In the timber company at PT Waenibe Wood Industri, there exists a diesel-powered electricity generation system used on a daily basis. Among the 11 Diesel Power Generation Units in the factory, only 3 of them can operate at a maximum capacity of 800 kW. This setup is highly inefficient, both technically in terms of fossil fuel consumption and the expensive spare parts required for maintenance. The implementation of Solar Power Generation is planned to streamline the electrical system in the factory, shifting from manual operation to automation, which would simplify operations. Additionally, this solar power system could minimize the use of fossil fuels, reduce CO2 emissions produced by Diesel Power Generation, and lower the costs associated with fossil fuel usage. The cost of electricity generation using diesel is expensive, ranging from Rp. 4826 – Rp. 5479 per kWh. The cost per kWh of diesel is Rp. 16,500, with an additional Rp. 1500/ liter for transportation from the city to Buru Island. Battery and PV utilization projects have potential for the future, especially with government programs aimed at reducing diesel dependency. The Solar Power and Battery Generation System would function as power stabilizers and temporary sources before transitioning to the diesel system. Optimization simulations for the Solar Power and Battery Generation capacity would be conducted using HOMER software for batteries and PVSyst for energy potential. The installation of Solar Power and Battery Generation could reduce diesel consumption by 687,831 liters per year, making this implementation economically feasible. At the end of the project period, a net income of Rp. 53,828,085 is projected, with the Levelized Cost of Electricity (LCOE) for the system being Rp. 3030/kWh for the Solar Power and Battery system.