Optimisasi perencanaan produksi dengan goal programming dan penentuan urutan pengerjaan produk dengan campbell dudek and smith (cds) pada slab steel plant (ssp) 1PT Krakatau Steel, Tbk
P PT. Krakatau Steel, Tbk merupakan perusahaan penghasil slab dan billet baja. Permasalahan yang ada pada perusahaan tersebut yaitu keterbatasan energi listrik dan belum tersedianya penjadwalan yang baik. Akibat dari belum tersedianya penjadwalan yang baik, menyebabkan waktu penyelesaian (makespan) yang cukup besar. Waktu penyelesaian (makespan) saat ini yaitu 346942 jam dengan waktu tunggu (idle time) selama 28470 jam. Perusahaan ini memiliki 3 jenis mesin yaitu Electrical Arc Furnace (EAF), Ladle Furnace (LF), dan Continuous Casting Machine (CCM). Pada proses transfer dari mesin Electrical Arc Furnace (EAF) yang berjumlah 4 mesin ke mesin Ladle Furnace (LF) yang berjumlah 2 mesin mengalami bottleneck. Hal ini menyebabkan penurunan suhu pada cairan slab, sehingga dibutuhkan energi listrik tambahan untuk pemanasan ulang pada mesin Ladle Furnace (LF). Dengan kondisi keterbatasan energi listrik di perusahaan tersebut, di upayakan semaksimal mungkin permintaan konsumen dapat terpenuhi sesuai pengerjaan produk yang telah terjadwal baik agar tidak terjadi bottleneck. Tujuan penelitian ini adalah menentukan jumlah rencana produksi optimal menggunakan metode Goal Programming dan menentukan urutan pengerjaan produk dengan menggunakan Campbell, Dudek and Smith (CDS). Berdasarkan hasil pengolahan data, jumlah rencana produksi optimal yaitu Low Carbon (LC) = 50217 Ton Slab Baik (TSB), Medium Carbon (MC) = 40867 Ton Slab Baik (TSB), High Carbon (HC) = 73984 Ton Slab Baik (TSB), Micro Alloy – Low Carbon (MA-LC) = 34150 Ton Slab Baik (TSB), Micro Alloy – Medium Carbon (MA-MC) = 33742 Ton Slab Baik (TSB), dan Micro Alloy – High Carbon (MA-HC)=50375 Ton Slab Baik (TSB). Urutan pengerjaan produk dari hasil penelitian ini yaitu (MA-MC)-(MA-LC)-(MC)-(LC)-(MA-HC)-(HC) dengan waktu penyelesaian (makespan) selama 308909 jam, waktu tunggu (idle time) selama 28372,4 jam, sehingga dapat meminimalkan penggunaan listrik hingga 358086 MWh. Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa dengan keterbatasan ketersediaan energi listrik perusahaan masih dapat menambah order-order produksinya.
P PT. Krakatau Steel Tbk is a company producing steel slabs and billets. Problems that exist in the company is limited electricity and the unavailability of good scheduling. As a result of the unavailability of good scheduling, causing makespan is quite large. Makespan currently is 346 942 hours with the idle time during 28470 hours. The company has 3 types of engines namely Electrical Arc Furnace (EAF), Ladle Furnace (LF), and the Continuous Casting Machine (CCM). In the process of transfer of machinery Electrical Arc Furnace (EAF), which consists of 4 machine to machine Ladle Furnace (LF), amounting to 2 engines having bottleneck. This causes a drop in temperature in the liquid slab, so the additional electrical energy required to reheat the machine Ladle Furnace (LF). With the limitations of electrical energy in the company, try as much as possible in consumer demand can be fulfilled as the work product that has been scheduled well in order to avoid bottlenecks. The purpose of this study is to determine the optimal number of production plan using Goal Programming method and determine the sequence of the work product by using Campbell, Dudek and Smith (CDS). Based on the results of data processing, the number of optimal production plans that Low Carbon (LC) = 50 217 Ton Slab Good (TSB), Medium Carbon (MC) = 40 867 Ton Slab Good (TSB), High Carbon (HC) = 73 984 Ton Slab Good (TSB ), Micro Alloy - Low Carbon (MA-LC) = 34150 Ton Slab Good (TSB), Micro Alloy - Medium Carbon (MA-MC) = 33 742 Ton Slab Good (TSB), and Micro Alloy - High Carbon (MA-HC ) = 50 375 Ton Slab Good (TSB). The sequence of the work product of the results of this study are (MA-MC) - (MA-LC) - (MC) - (LC) - (MA-HC) - (HC) with makespan for 308 909 hours, idle time for 28372.4 hours, so as to minimize power usage up to 358 086 MWh. Based on the results of this study also showed that with the limited availability of electric power companies can still increase the production orders.