Analisis hidrologi sungai bekasi pada bagian hulu bendung bekasi dalam rangka pengendalian banjir menggunakan model Soil and Water Assesment Tool (SWAT)
S Sejalan dengan perkembangan kota yang sangat cepat di negara Indonesia, persoalan mengenai banjir dan genangan pun mengalami peningkatan. Saat ini penyelesaian persoalan mengenai banjir dan genangan di berbagai daerah sifatnya masih individu, sehingga mengakibatkan persoalan tidak terselesaikan dengan baik. Harapan terhadap penyelesaian persoalan mengenai banjir dan genangan agar dilakukan secara bertahap mulai dari rencana, kegiatan, memperhatikan kondisi, butuhnya dukungan dari sebuah perusahaan disertai oleh biaya yang mencukupi dan adanya kerjasama dengan masyarakat di daerah tersebut. Selain itu pemahaman mengenai daerah yang terkenal akan aliran sungai perlu ditingkatkan untuk melaksanakan penanganan dengan baik Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah yang dibatasi punggung bukit dimana hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan dialirkan pada satu outlet yang sama. Pengelolaan DAS dibagi atas tiga bagian yaitu DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS bagian hulu merupakan daerah penting dalam suatu DAS, karena memiliki peran sebagai daerah peresapan air dengan tujuan untuk mengurangi aliran permukaan dan timbulnya kejadian banjir. Kondisi hidrologis suatu DAS dapat dilihat dari kemampuan DAS tersebut dalam menyerap, menahan, menyimpan, dan mengalirkan air sehingga tercipta keseimbangan air. Simulasi hidrologi berdasarkan kondisi biofisik pada Sub DAS Bekasi Hulu dengan menggunakan model SWAT sebelum dilakukan penerapan model menghasilkan respon hidrologi berupa debit aliran beserta nilai validitas model. Respon hidrologi yang dimaksud antara lain: Pada model simulasi bulanan, Sungai Bekasi Hulu debit maksimum yang terjadi adalah sebesar 334.28 m3/det pada tahun 2016 , dengan debit minimum sebesar 1.40 m3/det, serta debit rata-rata sebesar 229,45 m3/det. 3. Respon hidrologi berupa debit aliran hasil yang terjadi di debit banjir rencana Q 25 th sebesar Q= 680.85 m3/dt, Pada kondisi penampang sungai eksisting sungai Bekasi hulu bendung sebagian besar penampang mampu mengalirkan debit hingga kala ulang 10 th (Q= 664.27 m3/dt), bahkan untuk di hilir pertemuan S. Cikeas Cilengsi, sungai Bekasi mengalami limpasan pada Q2 th, terutama pada daerah-daerah yang belum ada parapet
I In line with the rapid development of cities in Indonesia, the problem of flooding and inundation has also increased. Currently, the resolution of problems regarding flooding and inundation in various regions is still individual, resulting in problems not being resolved properly. Hope for the resolution of problems regarding flooding and inundation to be carried out gradually starting from plans, activities, paying attention to conditions, the need for support from a company accompanied by sufficient costs and cooperation with the community in the area. In addition, the understanding of areas that are famous for river flow needs to be improved to carry out proper handling A watershed (watershed) is an area bounded by ridges where rain falling on the area will be flowed at the same outlet. Watershed management is divided into three parts, namely the upstream, middle, and downstream watersheds. The upstream watershed is an important area in a watershed, because it has a role as a water infiltration area with the aim of reducing surface flow and the emergence of flood events. The hydrological condition of a watershed can be seen from the watershed's ability to absorb, hold, store, and drain water so as to create water balance. Hydrological simulation based on biophysical conditions in the Bekasi Hulu Sub-Watershed using the SWAT model before the application of the model produces a hydrological response in the form of flow discharge along with the validity value of the model. The hydrological responses in question include: In the monthly simulation model, the Bekasi Hulu River the maximum discharge that occurred was 334.28 m3 / sec in 2016, with a minimum discharge of 1.40 m3 / sec, and an average discharge of 229.45 m3 / sec. 3. The hydrological response is in the form of a result flow discharge that occurs in the planned Q 25 th flood discharge of Q = 680.85 m3 / s, In the condition of the cross-section of the existing river bekasi river upstream of the weir most of the cross-section is able to drain the discharge up to the 10 th time (Q = 664.27 m3 / s), even for downstream of the S. Cikeas Cilengsi meeting, the Bekasi river experienced runoff in Q2 th, especially in areas where there is no parapet yet