DETAIL KOLEKSI

Hubungan antara asupan makanan ultra poses dengan status gizi dewasa muda


Oleh : Jelita Agnes Tyastiratu Prasetyo

Info Katalog

Penerbit : FK - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2024

Pembimbing 1 : Patricia Budihartanti

Subyek : Nutritional status

Kata Kunci : adults, body mass index, waist circumference, nutritional status, makanan ultra proses

Saat ini file hanya dapat diakses dari perpustakaan.

Status : Lengkap

P Prevalensi obesitas pada usia dewasa di dunia meningkat hingga 40% dalam empat dekade terakhir dan Indonesia menempati urutan ke-4 tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Pola makan yang tidak sehat seperti makanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan rendah serat diketahui berhubungan dengan masalah kesehatan termasuk obesitas. Namun demikian, penelitian mengenai asupan makanan ultra proses dengan status gizi masih kontroversial. Tujuan penelitian ini menilai hubungan makanan ultra proses dengan kelebihan berat badan dan obesitas sentral.METODEPenelitian analitik observasional dengan Cross-sectional melibatkan 202 responden usia 20-22 tahun dengan tidak memiliki riwayat penyakit hati, ginjal, tiroid dan infeksi kronik, sedang menjalani program diet, dan hamil atau menyusui. Berat badan berlebih dan obesitas sentral berturut-turut dinilai dengan indeks masa tubuh ≥23kg/m2 dan lingkar pinggang ≥90 cm untuk laki-laki dan ≥80 cm untuk perempuan. Asupan makanan ultra proses dinilai menggunakan food frequency questionaire. Analisis data menggunakan Chi-square dengan tingkat kemaknaan yang menggunakan p<0,05HASILHasil penelitian ini didapatkan 84 responden (41,6%) dengan kelebihan berat badan dan 100 responden (49,5%) subyek dengan obesitas sentral. Satu dari empat subyek didapatkan memiliki kosumsi tinggi makanan ultra proses. Asupan makanan ultra proses tidak berhubungan dengan obesitas dan obesitas sentral dengan berturut turut p=0,574 dan p=0,553.KESIMPULANHasil penelitian ini tidak mendukung adanya hubungan antara asupan makanan ultra proses dengan status gizi. Studi longitudinal dapat dipertimbangkan dengan memperhitungkan aktivitas fisik, pola makan, pola tidur dan faktor genetik.

T The global prevalence of obesity among adults has increased by 40% over the past four decades, with Indonesia ranking fourth highest in Southeast Asia. Unhealthy eating patterns such as high-calorie, high-fat, and low-fiber diets are known to contribute to health issues including obesity. However, research on the consumption of Ultra- Processed Food and its association with nutritional status remains controversial. This study aimed to assess the relationship between Ultra- Processed Food consumption and overweight, as well as central obesity.METHODSThis was observational analytic study with a cross-sectional design involving 202 respondents aged 20-22 years who had no history of liver, kidney, thyroid diseases, chronic infections, were not on a diet program, and were not pregnant or breastfeeding. Overweight and central obesity were defined as body mass index ≥23 kg/m2 and waist circumference ≥90 cm for males and ≥80 cm for females, respectively. Ultra- Processed Food intake was assessed using a food frequency questionnaire. Data analysis was conducted using Chi-square tests with a significance level set at p < 0.05.RESULTSThe study found that 84 respondents (41.6%) were berat badan berlebih and 100 respondents (49.5%) had central obesity. One in four subjects had high Ultra- Processed Food consumption. Ultra- Processed Food intake was not associated with obesity or central obesity, with p-values of 0.574 and 0.553, respectively.CONCLUSIONThis study did not support a relationship between Ultra- Processed Food intake and nutritional status. Future longitudinal studies should consider physical activity levels, sleep quality, dietary quality and genetic factors

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?