Perbandingan tingkat stres pada wanita menikah yang bekerja dan tidak bekerja
D Dewasa ini, peran wanita menikah dalam keluarga meliputi peran tradisi dan transisi. Peran ganda ini menimbulkan banyak implikasi, dalam keluarga, pekerjaan, maupun pribadi. Wanita dituntut untuk bertanggung jawab dalam membina keluarga sekaligus bekerja sesuai dengan standar perusahaan. Hal ini seringkali menimbulkan stres bagi para wanita yang berperan ganda. Desain penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan pendekatan studi potong lintang yang mengikutsertakan 71 wanita menikah di Gereja Paroki Keluarga Kudus Cibinong. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data univariat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif sedangkan data bivariat dianalisis dengan uji Chi-Square. Analisis data menggunakan program SPSS versi 21.0 for Windows dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 42,3% responden adalah seorang karyawan dan 42,3% lainnya tidak bekerja. Sedangkan untuk status pernikahan, 76,1% wanita masih dalam status menikah. Jumlah anak dengan frekuensi terbanyak adalah 1-2 anak sebesar 52,1%. Tingkat stres terbanyak ditunjukkan oleh stres berat sekitar 39,4%. Stres yang lebih berat ditunjukkan oleh wanita yang bekerja sebagai karyawan (51,0%), dalam status menikah (85,7%), dan memiliki 1-2 anak (59,2%). Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan, status pernikahan, serta jumlah anak dengan tingkat stres pada wanita menikah (p < 0,05). Mayoritas wanita yang sudah pernah menikah mengalami stres berat. Pekerjaan, status pernikahan, dan jumlah anak merupakan faktor-faktor yang memengaruhi stres pada seorang wanita. Terdapat hubungan antara pekerjaan, status pernikahan, serta jumlah anak dengan tingkat stres pada wanita yang sudah pernah menikah.
T Today, role of married women in family consist of the tradition and transition role. The dual role causes many implications, in the family, work, and personally. Women are required to be responsible for managing family and work in accordance with standard company. It is often lead to stress for women with double role. The research was done in observational analytic design with the approach of cross-sectional study which included 71 married women in Gereja Paroki Keluarga Kudus Cibinong. Data was collected using questionnaire. Univariate Data was analyzed using descriptive statistical analysis, while bivariate data was analyzed using Chi-Square test. Data analysis using SPSS version 21.0 for Windows with significance level of p < 0,05. Based on the research that has been carried out, 42,3% respondents were employees and the other 42,3% do not work. While for married status, 76,1% women still in marriage status. The majority number of children were 1-2 children with 52,1%. The most stress that happened to women was severe stress around 39.4%. Higher stress level happened to women employee (51,0%), in married status (85,7%), and having 1-2 children (59,2%). This study shows that there is a relationship between work, married status, as well as the number of children with stress level in married women (p < 0,05). Most of the women had severe stress. Work, married status, and the number of children are the factors that affect stress in women. There is a relationship between work, married status, and number of children with stress level in married women.