DETAIL KOLEKSI

Perancangan lansekap pusat rehabilitasi sosial anak-anak nakal di Bambu Apus, Jakarta


Oleh : Isnaida Hanum

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 1996

Pembimbing 1 : Rustam Hakim

Pembimbing 2 : TB. Rahardja

Subyek : Landscape architecture - Social rehabilitation

Kata Kunci : resocialization, rehabilitation, protage

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 1996_TA_SAL_08191051_Halaman-Judul.pdf
2. 1996_TA_SAL_08191051_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 1996_TA_SAL_08191051_Bab-1_Pendahuluan.pdf -1
4. 1996_TA_SAL_08191051_Bab-2_Tinjauan-Pustaka,-Studi-Banding,-Penyigihan-Lapangan-Dan-Tinjauan-Master-Plan.pdf
5. 1996_TA_SAL_08191051_Bab-3_Pembahasan.pdf
6. 1996_TA_SAL_08191051_Bab-4_Program-Kebutuhan.pdf
7. 1996_TA_SAL_08191051_Bab-5_Konsep-Perancangan.pdf
8. 1996_TA_SAL_08191051_Daftar-Pustaka.pdf 2
9. 1996_TA_SAL_08191051_Lampiran.pdf

P Perubahan yang demikian cepat, mempengaruhi kehidupan di dalam masyarakat. Pengaruh yang ada tidak hanya berupa pengaruh positif seperti kemajuan dalam bidang teknologi dan komunikasi, tetapi juga pengaruh negatif antara lain karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan prasarana dan sarana yang cukup, juga berkurangnya norma-norma ikatan keluarga, agama dan sosial.Jakarta sebagai kota metropolitan menghadapi tingkat kenakalan anak yang lebih kompleks dibanding kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pada tahun 1991 berdasarkan data yang dimiliki Kantor Wilayah Departemen Sosial RI jumlah anak nakal yang belum ditangani 2.690 anak.Penanggulan kenakalan anak/remaja menjadi sangat penting dan membutuhkan tempat khusus untuk penanganannya yaitu Pusat Rehabilitasi Sosial Anak Nakal, untuk itu diperlukan berbagai disiplin ilmu untuk menyiapkan tempat rehabilitasi dengan segala fasilitasnya, diantaranya adalah arsitek lansekap di dalam pengaturan dan pengembangan ruang luar sebagai pendukung proses rehabilitasi dan resosialisasi.Berdasarkan data yang diambil dari Kelurahan Bambu Apus yakni kondisi dari wisma tersebut kurangh memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk proses pembinaan yang diinginkan. Tidak adanya pembagian tingkat kenakalan menyebabkan anak didik dapat saling mempengaruhi atau berbagi pengalaman.Berdasarkan kapasitas bangunan maka jumlah anak didik yang ditampung berjumlah 260 orang adalah jumlah yang cukup ideal karena jika lebih besar akan terjadi jurang pemisah antara anak didik dengan pengasuhnya. Dengan kapasitas hunian Tahap Pembinaan sebesr 25% yaitu 60 anak, hunian Tahap Asimilasi 50% yaitu 140 anak, dan hunian Tahap Integrasi sebesar 25% yaitu 60 anak. Untuk mendukung suasana kekeluargaan dan memudahkan pengawasan maka pengelompokkan anak berdasarkan sistem usia vertikal antara 1-3 tahun, yaitu 8-11 tahun, 12-14 tahun, 15-16 tahun. Hal ini untuk mendapatkan persamaan antara adik dan kakak di dalam keluarga.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?