Kajian perbandingan antara frekuensi refarming 1800MHz dan frekuensi 2600MHz terhadap channel bandwidth dan coverage area pada LTE
I Indonesia, merupakan satu diantara banyak negara berkembang di dunia yang sedang mengalami perubahan pada aspek teknologi, khususnya komunikasi. Kebutuhan akan akses data pada teknologi seluler, yang cepat diperlukan untuk dapat mengakses Internet kapan dan dimanapun. Teknologi yang ada saat ini yaitu, 3G (UMIS). Ketersedian untuk layanan komunikasi, khususnya data, memang tersedia. Namun pengguna layanan tersebut, masih menginginkan kecepatan akses data yang lebih besar dan cepat. Maka, munculah generasi ke-4 (4G) LTE (Long Term Evolution) sebagai jawaban dari kebutuhan tersebut. Semuanya termasuk dalam standar yang ditetapkan oleh ITU (International Telecommunication Union), juga merupakan bagian dari IMT-2000 (International Mobile Telecommunication-2000). GSM, EDGE, UMTS, C.:DMA, dan WEMax didalamnya. LTE dapat beroperasi pada spektrum frekuensi pada kelompok 3GPP. Dari sekian banyak frekuensi yang dapat dipakai, spektrum 2600 Mhz dikabarkan siap untuk LTE. Ternyata, ada frekuensi lain yang jika dlihat dari sensitivitas, area cakupan, serta efisiensi frekuensi lebih baik dari 2600 MHz. Yaitu, dengan menggunakan metode refarming frekuensi 1800 MHz FDD. yang saat ini dipakai oleh GSM (Global System for Mobile communication). Dengan melakukan perbandingan antara frekuensi 1800 dan 2600 MHz, berdasarkan parameter yang telah disebutkan, kita akan mengetahui keunggulan dan kelernahan dari kedua spektrum frekuensi tersebut. Dengan melakukan perbandingan tersebut, ternyata pada spektrum frekuensi 1800 MHz lebih baik dari 2600 MHz. Dilihat dari sisi efisiensi penggunaan frekuensi, refarming frekensi 1800 MHz lebih baik, jika dibandingkan dengan frekuensi 2600 MHz yang merupakan suatu frekuensi barn. Kemudian, dari sisi sensitivitas dan coverage area untuk 1800 MHz, juga lebih baik dari 2600 MHz. Dengan hasil tersebut, disimpulkan untuk teknologi LTE, diantara banyak spektrum frekuensi yang tersedia, ada satu yang berpotensi agar dapat LTE beroperasi. Yaitu pada spektrum frekuensi refarming 1800 MHz FDD.
n ndonesia, is among the many developing countries in the world that are experiencing changes in aspects of technology, especially communication. The need for data access on mobile technology, which quickly needed to be able to access the Internet anytime and anywhere. The technology exists today that is, 3G (UMTS). Availability for communication services, especially data, is available. However, users of these services, they want the speed of data access bigger and faster. Then, comes the 4th generation (4G) LTE (Long Term Evolution) as an answer to those needs. Everything is included in the standard set by the ITU (International Telecommunication Union), also part of the 'MT-2000 (International Mobile Telecommunications-2000). GSM, EDGE, UMTS, CDMA, and WiMax therein. LTE can operate in the frequency spectrum in the 3GPP group. Of the many frequencies that can be used, the 2600 Mhz spectrum reportedly ready for LTE. Apparently, there is another frequency if dlihat of sensitivity, coverage area, as well as the frequency efficiency is better than 2600 MHz. Namely, using frequency 1800 MHz FDD refarming. currently used by GSM (Global System for Mobile communication). By doing a comparison between 1800 and 2600 MHz frequencies, based on the parameters mentioned, we will know the advantages and disadvantages of both thel frequency spectrum. By doing this comparison, it turns_ionVhe 1800 MHz frequency spectrum better than 2600 MHz. In terms of efficient use of the frequency, 1800 MHz refarming frekensi better, when compared with the frequency of 2600 MHz, which is a new frequency. Then, in terms of sensitivity and coverage area for 1800 MHz, also better than 2600 MHz. With these results, it was concluded to LTE technology, among many frequency spectrum available, there is a potential that LTE can operate. That is the 1800 MHz frequency spectrum refarming FDD.