Hubungan tingkat kecemasan dengan status gizi pada siswa kelas XII SMA
S Status gizi berhubungan dengan asupan gizi, apabila asupan gizi terpenuhi maka pertumbuhan akan optimal. Kelas XII adalah kelompok remaja akhir yang memerlukan pembinaan terkait dengan konsumsi makanan. Kecemasan akan berdampak pada gangguan nafsu makan dan konsumsi makan seseorang. Konsumsi makanan akan berpengaruh langsung secara linear dalam menentukan status gizi seseorang. Terdapat perbedaan hasil penelitian sebelumnya maka perlu dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan status gizi. Metode penelitin ini menggunakan studi observasional dengan desain cross sectional yang mengikutsertakan 132 siswa kelas XII SMAN 17 Jakarta Barat. Data dikumpulkan dengan cara mengisi pertanyaan melalui kuisioner STAI dan pengukuran status gizi dengan kurva CDC, berat badan diukur dengan timbangan digital dan tinggi badan diukur dengan microtoise staturemeter. Analisa data dengan mengunakan spss For windows dan tingkat kemaknaan yang digunakan besarnya 0,05. Hasil analisis uji spearmen hubungan antara tingkat kecemasan dengan status gizi diperoleh responden kecemasan ringan 39 siswa (29.5%), kecemasan sedang 88 siswa (66.7%) dan kecemasan berat 5 siswa (3.8%). Sedangkan berat badan kurang 17 siswa (12.9%). Sedangkan status gizi normal 87 siswa (65.9%), berat badan lebih 13 siswa (9.8%) dan obesitas 15 siswa (11.4%). Pada uji spearman didaptkan p=0,156 (>0,05) dan nilai r=0,124. Kesimpulan penelitian ini tidak terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan status gizi pada siswa kelasXII SMA Negeri 17 Jakarta Barat.
N Nutritional status is related to nutritional intake, if nutritional intake is met, growth will be optimal. Class XII is the final group of adolescents who need guidance related to food consumption. Anxiety will affect the disruption of appetite and consumption of one's food. Food consumption will have a direct, linear effect in determining one's nutritional status. There are differences in the results of previous studies, it is necessary to do research that aims to determine the relationship of the level of anxiety with nutritional status. This research method used an observational study with a cross sectional design which included 132 students of class XII of SMAN 17 West Jakarta. Data was collected by filling in questions through the STAI questionnaire and measuring nutritional status with the CDC curve, body weight measured by digital scales and height measured by microtoise meter. Analysis of data using spss for windows and the level of significance used is 0.05. The results of the spearmen test analysis of the relationship between anxiety level and nutritional status obtained by respondents mild anxiety 39 students (29.5%), moderate anxiety 88 students (66.7%) and severe anxiety 5 students (3.8%). While the body weight is less than 17 students (12.9%). While the normal nutritional status of 87 students (65.9%), body weight over 13 students (9.8%) and obesity 15 students (11.4%). In the spearman test, p = 0.156 (> 0.05) and r = 0.124. The conclusion of this study is that there is no correlation between anxiety level and nutritional status in class XII West 17 SMA 17.