DETAIL KOLEKSI

Pengaruh emulsi fasa tengah dari surfaktan sls kayu cemara terhadap peningkatan perolehan minyak ringan


Oleh : Adinda Maharani Ariij Nasution

Info Katalog

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2024

Pembimbing 1 : Onnie Ridaliani Prapansya

Pembimbing 2 : Havidh Pramadika

Kata Kunci : enhanced oil recovery, Injeksi Surfaktan, Fasa Tengah, Sodium lignosulfonate

Status Posting : In Pres

Status : Lengkap

S Seiring bertambahnya waktu, laju produksi minyak yang ada di Indonesia ini mengalami penurunan, maka dari itu dibutuhkan cara agar laju produksi minyak bumi bisa dapat kembali optimal. Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan salah satu metode atau solusi agar laju produksi minyak bumi dapat kembali optimal. Penelitian ini menyangkut metode EOR. Metode EOR yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode injeksi surfaktan. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya di laboratorium EOR dengan variasi surfaktan dan crude oil yang berbeda. Tujuan dari injeksi surfaktan ini berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka atau Interfacial Tension (IFT) antara 2 fluida yaitu air dan minyak. Metodelogi yang dipakai adalah studi laboratorium dengan menggunakan bahan dasar kimia berupa surfaktan berbahan dasar sodium lignosulfonat (SLS) kayu pohon cemara. Pada penelitian ini konsentrasi surfaktan yang digunakan sebesar 0,3%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dengan menggunakan salinitas sebesar 8000 ppm. Suhu yang digunakan pada penelitian ini sebesar 60℃. Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini diawali dengan pembuatan brine dengan salinitas 8000 ppm. Setelah itu dibuat surfaktan dengan komposisi yang telah ditentukan. Setelah itu dilanjutkan dengan uji aqueos untuk melihat apakah surfaktan memiliki endapan atau tidak. Jika tidak terdapat endapan tes bisa dilanjutkan dengan mencampurkan tiap konsentrasi surfaktan (0,3%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%) dengan minyak ringan kedalam pipet tube, lalu diamati emulsi yang terbentuk. Emulsi ini diamati dari hari pertama hingga emulsi itu mulai stabil, bisa terjadi pada hari ke-7 atau hari ke-12. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa emulsi yang terbesar terbentuk pada konsentrasi 2% surfaktan dengan salinitas 8000 ppm. Emulsi yang terbentuk pada konsentrasi 2% surfaktan sebesar 0,05 ml atau sebesar 1,25%. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa penambah surfaktan pada fluida penginjeksi atau air formasi dapat membantu pembentukan emulsi fasa tengah yang stabil hingga lebih dari 2 minggu. (masukin ift).

W With increasing time, the rate of oil production in Indonesia has decreased, and therefore a way is needed so that the level of oil production can return to its optimal level. Enhanced Oil Recovery (EOR) is a method or solution so that levels of petroleum production can return to optimal levels. This research concerns the EOR method, which is one of the parameters to determine whether or not the method is applied to a reservoir. The EOR method used in this research is surfactant injection. The purpose of this surfactant injection is to reduce the interfacial tension (IFT) between 2 fluids, namely water and oil. The methodology used was a laboratory study using a chemical-based material in the form of a surfactant based on sodium lignosulfonate (SLS) pine wood. In this study, the surfactant concentration used was 0.3%; 0.5%; 1%; 1.5%; 2% using a salinity of 8000ppm. The temperature used in this study was 60 ℃. To be able to find out the results of this research begins with the manufacture of brine with a salinity of 8000 ppm. After that, a surfactant with a predetermined composition is made. After that, it is continued with the aqueous test to see whether the surfactant has sediment or not. If there is no test precipitate, it can be continued by mixing each surfactant concentration (0.3%; 0.5%; 1%; 1.5%; 2%) with light oil into the pipette tube, then ingesting the emulsion formed. To determine whether this emulsion is observed from the first day until the day when the emulsion begins to stabilize, it can occur on the 7th or 12th day. From these observations, it can be seen that the largest emulsion is formed at a concentration of 2% with a salinity of 8000 ppm. The emulsion formed at a concentration of 2% is 0.05 ml or 1.25%.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?