Perancangan prototipe hunian darurat sebagai tempat perlindungan cuaca ekstrem di damar langit Bogor
H Hunian darurat yaitu hunian yang dapat memberikan perlindungan secara minimal dengan waktu yang singkat. Pembuatan hunian darurat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen dan lingkungan sekitar. Selain berfungsi untuk tempat tinggal pengungsi pada saat evakuasi bencana, hunian darurat juga dapat digunakan pada tempat pariwisata alam. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di Damar Langit, Bogor, sebanyak (46%) responden menyatakan tempat perlindungan yang tersedia kurang maksimal untuk melindungi diri dari cuaca ekstrem, dan sebanyak (10%) responden menyatakan bahwa tempat yang tersedia tidak dapat melindungi diri dari cuaca ekstrem. Sebanyak (92%) responden menyatakan bahwa tempat perlindungan yang ideal merupakan tempat tertutup dengan atap dan dinding tertutup dan sebanyak (98%) responden menginginkan tempat perlindungan yang lebih memadai dan merasa lebih aman jika ada alat tersebut. Stasiun Klimatologi Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat rata-rata hujan tinggi terjadi di wilayah Bogor mencapai diatas 100 mm per hari. Penelitian ini bertujuan untuk merancang hunian darurat di daerah pegunungan yang rawan terjadi cuaca ekstrem menggunakan metode HOQ (House of Quality). Pada penelitian ini, pengembangan produk dilakukan dengan strategi market-pull. Market-pull adalah sebuah proses dimana pengembangan suatu produk dilakukan dengan mengidentifikasi peluang pasar agar memenuhi target pasar. Hunian darurat yang dirancang mengikuti standar UNHCR (The UN Refugee Agency) yaitu dari segi ukuran dan juga jenis bangunan, dimana pada daerah dengan udara dingin dan rawan hujan dibutuhkan bangunan tertutup. Bedasarkan HOQ (House of Quality) yang digunakan, konsep penting terpilih yaitu desain atap, desain bangunan, dan komponen hunian. Konsep yang terpilih yaitu hunian darurat dengan atap pelana, penerangan tenaga surya, memiliki 2 pintu, dan bewarna kontras. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi penelitian perancangan hunian darurat selanjutnya.
E Emergency shelter is a housing that can provide minimal protection in a short time. Making emergency shelter adapted to the needs of the community as consumers and the surrounding environment. In addition to functioning as a shelter for refugees during disaster evacuation, emergency shelter can also be used in natural tourism places. Based on the results of preliminary research at Damar Langit, Bogor, as many as (46%) of respondents stated that the available shelters were not optimal to protect themselves from extreme weather, and as many as (10%) of respondents stated that the available places could not protect themselves from extreme weather. A total of (92%) respondents stated that the ideal shelter is a closed place with a closed roof and walls and as many as (98%) respondents want a more adequate shelter and feel safer if there is such a thing. The Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) Climatology Station records that the average high rainfall occurs in the Bogor area reaching above 100 mm per day. This study aims to design emergency shelters in mountainous areas prone to extreme weather using the HOQ (House of Quality) method. In this study, product development was carried out using a market-pull strategy. Market-pull is a process where the development of a product is carried out by identifying market opportunities in order to meet the target market. Emergency shelter designed according to UNHCR (The UN Refugee Agency) standards, namely in terms of size and type of building, where in areas with cold air and prone to rain, closed buildings are needed. Based on the HOQ (House of Quality) used, the selected important concepts are roof design, building design, and residential components. The concept chosen is an emergency shelter with a gable roof, solar lighting, 2 doors, and contrasting colors. This research is expected to be a guide for further emergency shelter design research.