Gambaran tingkat kecemasan pasien sebelum menerima tindakan perawatan gigi dan mulut : kajian pada siswa SMA Kolese Loyola Semarang (Laporan penelitian)
L Latar belakang: Dalam tindakan perawatan gigi dan mulut, gangguan emosional pasien seperti kecemasan dapat menjadi hambatan. Kecemasan dental merupakan suatu keadaan seseorang merasa cemas terhadap tindakan perawatan gigi dan mulut. Kecemasan dental menyebabkan pasien cenderung menghindari kunjungan rutin ke dokter gigi, dan berpotensi meningkatkan masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan dental siswa di SMA Kolese Loyola Semarang. Metode: Penelitian observasional deskriptif dilakukan dengan menggunakan kuesioner S-DAI yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner S-DAI diisi secara daring oleh siswa SMA Kolese Loyola Semarang. Data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel persentase dan deskriptif. Hasil: Kecemasan dental siswa dengan tingkat tidak cemas sebesar 8%, tingkat kecemasan ringan sebesar 28%, tingkat kecemasan sedang sebesar 32%, tingkat kecemasan berat sebesar 26%, dan tingkat sangat cemas/panik sebesar 6%. Jumlah siswi yang mengalami kecemasan dental lebih banyak dibandingkan siswa. Siswa berusia 14 tahun seluruhnya mengalami kecemasan dental. Siswa yang tidak pernah mengunjungi dokter gigi dalam 1 tahun lebih banyak mengalami kecemasan dental. Kecemasan dental pada kelompok siswa dengan penghasilan orang tua diatas rata-rata lebih tinggi (92%) dibandingkan dengan kelompok penghasilan orang tua dibawah rata-rata. Kesimpulan: Sebagian besar siswa SMA Kolese Loyola Semarang memiliki tingkat kecemasan sedang sebelum menerima tindakan perawatan gigi dan mulut.
B Background: In dental treatment, patient’s emotional interference such as anxiety can be an an obstacle. Dental anxiety is a condition when someone feels anxious about dental treatment. Dental anxiety causes patients to tend to avoid regular visit to the dentist which has potential to increase their oral health problems. Aim: The aim of this study is to learn the description of dental anxiety levels on Loyola College Semarang’s students. Methods: This descriptive observasional research was conducted by using S-DAI questionnaire which had been tested for validity and reliability. The S-DAI questionnaire was filled in online by the students of Loyola College Semarang. The data was presented in proportional and descriptive table. Results: Based on the S-DAI questionnaire, student’s anxiety levels with no anxiety level was 8%, mild anxiety level was 28%, moderate anxiety level was 32%, high anxiety level was 26%, and extreme anxiety level / panic was 6%. Female students experienced more dental anxiety than male students. All students with the age of 14 experienced dental anxiety. Students who had never visited a dentist in 1 year experienced mpre dental anxiety. Dental anxiety in respondents with parent’s income above average was higher (92%) than respondents with parent’s income below average. Conclusion: Most students in Loyola College Semarang have moderate dental anxiety level before receiving dental treatment