Analisis perbandingan optimasi gas lift dengan instalasi electrical submersible pump pada sumur RS-A dan RS-B di lapangan RS
S Sumur RS-A dan RS-B adalah sumur yang tidak mampu lagi untuk memproduksikan fluidanya secara sembur alam, sehingga membutuhkan instalasi pengangkatan buatan atau artificial lift. Untuk produksi harian kedua lapangan tersebut dibantu oleh artificial lift jenis continuous gas lift. Dengan bantuan gas lift, Sumur RS-A dan RS-B dapat berproduksi selama beberapa tahun. Sumur RS-A dan RS-B telah dipasang metode pengangkatan buatan berjenis continuous gas lift dengan 3 buah gas lift valve terpasang pada Sumur RS-A dengan titik kedalaman injeksi berada pada kedalaman 2.743 ft dan 4 buah gas lift valve pada Sumur RS-B dengan titik kedalaman injeksi berada pada kedalaman 2.538 ft dan sudah disekat menggunakan packer. Namun, semakin bertambahnya tahun, produksi minyak dikedua sumur tersebut mendapati masalah yaitu berkurangnya jumlah pasokan gas sumur. Dalam studi ini, akan dilakukan analisis perbandingan hasil produksi fluida sumur-sumur tersebut, dengan mengoptimasikan penggunaan artificial lift yang sudah terpasang yaitu continuous gas lift dengan instalasi artificial lift pembanding yaitu electric submersible pump (ESP). Sumur RS-A dan RS-B memiliki watercut diatas 50%, oleh karena itu, pembuatan grafik IPR pada kedua sumur menggunakan composite IPR. Maka didapat nilai productivity index Sumur RS-A sebesar 0,62 dan Sumur RS-B sebesar 7,8. Optimasi pada sumur gas lift bisa dilakukan dengan meningkatkan laju alir gas injeksi agar dapat mengangkat fluida produksi lebih banyak. Laju injeksi gas awal pada kedua sumur ini adalah 0,002 mmscfd. Optimasi sumur gas lift pada Sumur RS-A dan RS-B ini dilakukan dengan cara menvariasikan laju alir gas yang diinjeksikan ke dalam tubing dan nantinya akan diamati jumlah laju alir fluida yang bisa didapatkan dari masing-masing laju alir gas yang divariasikan diawal. Tetapi disini terdapat batasan laju alir gas maksimum yang pernah diinjeksikan kepada Sumur RS-A dan RS-B yaitu sebesar 0,46 mmscfd. Gas lift Sumur RS-A dapat dilakukan optimasi dengan meningkatkan laju alir gas yang diinjeksikan dari 0,002 mmscfd menjadi 0,2 dan Sumur RS-B menjadi 0,46 mmscfd karena menghasilkan net income yang paling tinggi. Untuk melakukan perbandingan perlu dilakukan desain ESP terlebih dahulu. Pompa yang tepat untuk digunakan pada Sumur RS-A adalah pompa REDA D460N yang dipasang dikedalaman 2.905 ft dengan jumlah stages 65. Sedangkan Sumur RS-B menggunakan pompa REDA D5850N yang dipasang dikedalaman 2.612 ft dengan jumlah stages 127. Kedua sumur tersebut menggunakan motor 456 series. Pada Sumur RS-A, ketika dilakukan optimasi gas lift terjadi kenaikan laju alir minyak 2 kali laju alir minyak awal dan ketika di install ESP terjadi kenaikan laju alir minyak sebesar 2,1 kali laju alir minyak awal. Dilihat dari biaya, lifting cost minyak saat melakukan optimasi gas lift jauh lebih murah yaitu sebesar 0,68 USD/bbl dibandingkan dengan lifting cost minyak saat install ESP yaitu sebesar 3,54 USD/bbl. Jika melihat dari kenaikan laju alir minyak dan lifting cost minyak maka melakukan optimasi gas lift dengan menambah gas injeksi pada sumur RS-A lebih menguntungkan dibandingkan dengan melakukan pergantian menjadi ESP. Sama seperti sumur RS-A, pada sumur RS-B ketika dilakukan optimasi gas lift terjadi kenaikan laju alir minyak sebesar 3,2 kali laju alir minyak awal dan ketika di install ESP terjadi kenaikan sebesar 5,3 kali laju alir minyak awal. Jika dilihat dari segi biaya, ternyata lifting cost saat melakukan optimasi gas lift juga lebih murah yaitu sebesar 3,24 USD/bbl dibandingkan dengan lifting cost saat install ESP yaitu sebesar 14,76 USD/bbl. Hal ini mungkin disebabkan kadar water cut Sumur RS-B yang sangat tinggi. Oleh karena itu, sama seperti Sumur RS-A, melakukan optimasi gas lift pada Sumur RS-B menjadi pilihan tepat karena lebih menguntungkan dibandingkan dengan melakukan install ESP.
T The RS-A and RS-B wells are wells that cannot be used to produce their fluids by a natural flow, requiring artificial lift. For daily production, these wells is assisted by artificial lifts of continous gas lift types. With the help of gas lifts, the RS-A and RS-B well can produce for several years. The RS-A and RS-B wells have been installed on the site of continuous gas lift type self lifts with 3 gas lift valves installed on the RS-A well with a depth point injection at 2.743 ft and 4 gas lift valves at the RS-B well with a depth point injection at a depth of 2.538 feet and has been sealed using a packer. However, as the year grew, oil production in both wells found problems. In this study, an analysis of the results of the fluid production of the wells will be carried out, by optimizing the use of artificial lifts that have been installed, namely continuous gas lifts, and with artificial compared, namely electric submersible pump (ESP). The RS-A and RS-B wells have a watercut above 50%, therefore, making IPR graphs on both wells uses composite IPR. Using that correlation, the productivity index of the RS-A well index is 0,68 and the RS-B well is 7,8. Optimization of gas lift wells can be done in several ways, one of which is by increasing the injection gas flow rate in order to lift more production fluid. The injection rate actual in these two wells is 0,002 mmscfd. The optimization of the gas lift well in the RS-A and RS-B wells is carried out by varying the gas flow rate injected into the tubing, and the amount of fluid flow rate that can be obtained from each gas injection rate is varied at the beginning. But here there is a maximum limit on the gas injection rate that has been injected to the RS-A and RS-B Wells, which is 0,46 mmscfd. RS-A and RS-B well can be optimized by increasing the gas flow rate injected from 0,002 mmscfd to 0,2 mmscfd on RS-A well and 0,46 mmscfd on RS-B Well because it produces the highest net. To do a comparison, ESP design must be done first. The right pump for use in the RS-A well is REDA D460N pump installed at a depth of 2.905 ft with a number of stages is 65. While the RS-B well uses REDA D5850N pump installed at a depth of 2.600 ft with the number of stages is 127. Both wells use 456 series motors. In RS-A well, when using gas lift optimization, that increase 2 times oil rate actual and when ESP was installed there is an increase in oil rate of 2.1 times the oil rate actual. Judging from the cost, lifting costs when carrying out gas lift optimization is much cheaper at 0,68 USD/bbl than compared to lifting costs when installing ESP which is 3,54 USD / bbl. From the increase in oil rate and value of lifting cost, then doing gas lift optimization by adding gas injection to the RS-A well is more profitable than changing to ESP. Just like the RS-A well, at the RS-B well when gas lift optimization occurs, the oil rate increases 3,2 times oil rate actual and when installed ESP there is an increase of 5,3 times the oil rate actual. From the cost, it turns out that lifting costs when doing gas lift optimization are also cheaper at 3,54 USD/bbl than compared to lifting costs when installing ESP which is 14,76 USD / bbl. This may be due to the very high water cut of the RS-B well. Therefore, just like the RS-A Well, gas lift optimization on the RS-B Well is the right choice because it is more profitable than installing ESP.