DETAIL KOLEKSI

Studi kualitas air tanah dangkal di Jakarta ditinjau berdasarkan paramater pH. Fe, Cd. Cr, dan Pb


Oleh : Ibrahim

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 1997

Pembimbing 1 : Setijati Hartinah Ediyono

Pembimbing 2 : Rer nat Widyatmoko

Subyek : Water quality;Groundwater

Kata Kunci : water quality, clean water demand

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 1997_TA_STL_08289007_Halaman-Judul.pdf
2. 1997_TA_STL_08289007_Bab-1.pdf 10
3. 1997_TA_STL_08289007_Bab-2.pdf
4. 1997_TA_STL_08289007_Bab-3.pdf
5. 1997_TA_STL_08289007_Bab-4.pdf
6. 1997_TA_STL_08289007_Bab-5.pdf
7. 1997_TA_STL_08289007_Daftar-Pustaka.pdf
8. 1997_TA_STL_08289007_Lampiran.pdf

D DKI Jakarta yang luasnya sekitar 644 km', saat ini diperkirakan memiliki jumlah penduduk sekitar 8,8 juta jiwa (Biro Pusat Statistik, Jakarta). Kebutuhan air minum kota Jakarta baru sebagian dapat dipenuhi oleh Perusahaan Air Minum (PAM) DKI Jakarta, yaitu sekitar 44,94% dari penduduk Jakarta. Produksi air minum PAM DKI Jakarta hampir seluruhnya berasal dari pengolahan air sungai. Untuk memenuhi kebutuhan air di masa depan terus dilakukan penambahan Instalasi PAM.Penyediaan air minum yang dapat diberikan oleh PAM DKI Jakarta belum dapat memenuhi kebutuhan air penduduk Jakarta secara keseluruhan terlebih lagi dengan adanya faktor kebocoran pipa yang hampir mencapai 50 %, sehingga sisanya harus mengandalkan penyediaan air minumnya dari sumber air tanah terutama air tanah dangkal pada kedalaman kurang dari 40 m,Penelitian ini dilakukan di kelima wilayah DKI Jakarta ( Jakarta Pusat, JakartaSelatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara). Penelitian ini merupakan studi literatur yang berupa teori-teori dasar yang diambil dari perkuliahan, text book, laporan seminar, jurnal-jurnal maupun laporan basil penelitian.Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data primer meliputi pengamatan langsung di lapangan dan melakukan analisa sampel dari 10 sumur-sumur pantau di DKI Jakarta sedangkan data sekunder meliputi data mengenai kondisi, kualitas, dan kuantitas air tanah Jakarta yang diperoleh dari hasil pemeriksaan air tanah penduduk Jakarta baik yang dilakukan melalui sumur pantauIbrahim maupun sumur penduduk dari bulan Januari - Desember 1995 oleh KP2L ; peta DKI Jakarta baik dari segi pembagian wilayah kontur, geologi, maupun geohidrologi.Tujuan penelitian ini adalah menerangkan semua informasi yang telah ada sehubungan dengan penelitian mengenai air tanah yang dilakukan oIeh berbagai instansi yang berbeda, memberikan masukan-masukan kepada PAM Jaya dalam rangka pengembangan daerah pelayanannya serta masukan terhadap rencana tata guna tanah berdasarkan kualitas air tanah yang dikaitkan dengan struktur geologinya, serta memberikan saran-saran mengenai pengendalian pencemaran air tanah.Dari data sekunder temyata hampir semua wilayah DKI Jakarta dengan kedalaman11 s/d 20 m banyak tercemar Fe kecuali Jakarta Utara, Untuk kandungan Cd temyata Jakarta Pusat menunjukkan pencemaran Cd yang tertinggi. Di kelima wilayah OKI Jakarta semuanya mengandung pencemar Pb dan terbanyak di wilayah Jakarta Pusat pada kedalaman air tanah 11 s/d 20 m. Untuk Cr sepertinya belum menjadi masalah untukkelima wilayah DKI Jakarta pH air tanah yang tidak memenuhi standar baku mutu dari ke empat kedalaman air tanah yang diuji temyata semuanya paling banyak terdapat di wilayah Jakarta SeIatan dan Jakarta Timur. Dari data sekunder juga terlihat ada daerah yang mengandung lebih dari satu parameter yang tidak memenuhi standar baku mutu.Dari data sekunder temyata air tanah di daerah Pekayon, Jakarta Timur mengandung Cd (0.09 mg/I), Pb (2.24 mg/I), dan pH (4.8) yang tidak memenuhi standar baku mutu. Daerah yang mengandung Fe dengan konsentrasi empat kali lebih besar dari balm mutu adalah Wilayah Jakarta Pusat yaitu daerah Cikini (6.69mg/l), Cideng(12.4 mg/I); wilayah Jakarta Barat yaitu daerah Kedoya Utara (4.4 mg/I); wilayahJakarta Timur yaitu daerah Rawamangun (5.12 mgll) dan Penggilingan (5.l 7mgll); dan Jakarta Utara daerah Kamal Muma (4.94 mgll). Untuk konsentrasi Cd, daerah yang mengandung konsentrasi Cd empat kali Iebih besar dari baku mutu (0.005 mg/I) adaiah wilayah Jakarta Pusat yaitu daerah Kampung Rawa (0.16 mg/I), -Tanah Tinggi (0.39 mgll), Gambir (0.18 mgll), Kemayoran (0.43 mgll), Serdang (0.83 mg/I), Cempaka Putih Barat (0.1S mg/I), Gaiur (0.2 mgll), Kebon Kacang (0.12); wilayah Jakarta Selatan yaitu di daerah Pejaten Barat (0.084 mg/I), Pancoran (0.062 mg/I), clan Pesanggrahan (2.51 mgll) serta daerah Pekayon (0.09 mg/I) di Jakarta Timur. Konsentrasi Cr empat kali lebih besar dari baku mutu (0.05 mgll) ditemukan di daerah Cijantung (0.29 mgll) Jakarta Timur. Untuk konsentrasi Pb empat kali lebih besar dari baku mutu (0.05 mgll) terdapat di daerah Kebon Kacang (0.3 mg/I) Jakarta Pusat, Grogol Utara (0.23 mg/I) Jakarta Barat, Pekayon (2.24 mg/I) dan Utan Kayu Selatan (0.27 mg/I) Jakarta Timur, danPejagalanBarat(4.74 tpg/l) Jakarta Utara,Untuk daerah Pekayon, Pejagalan Barat clan Pesanggrahan sepertinya harus lebih mendapat perhatian karena untuk daerah Pekayon mengandung Pb (2.24 mg/I) 4.48 kali dari baku mutu (0.05 mg/I), Pejagalan Barat mengandung Pb (4.74 mg/I) 94.8 kali dari baku mutu (0.05 mg/I), dan Pesanggarahan mengandung Cd (2.51 mg/I) 502 kali lebih besar dari baku mutu (0.005 mg/I).Dari data primer, basil yang diperoleh ada yang sesuai dengan data sekunder tetapi ada juga yang tidak. Dari hasil analisis laboratorium untuk 10 (sepuluh) titik sampel yang diuji (Tabel 6) pada uJangan 2 terlihat adanya kesesuaian hasil analisis yang telah dilakukan oleh KP2L seperti wilayah penggilingan (Jakarta Timur), Sunter Agung(Jakarta Utara) , Kelapa Gading (Jakarta Utara), Kemayoran (Jakarta Pusat), Gambir(Jakarta Pusat), dan Pengadegan (Jakarta Selatan) sedangkan untuk ulangan 1 sebagian besar titik sampel memperlihatkan tidak adanya kelebihan unsur logam berat. Ulangan ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih akurat. Untuk keempat titik sampel lainnya temyata hasilnya tidak seperti data sekunder yang diambil dari KP2L.Untuk wilayah Rawamangun memperlihatkan keadaan yang sesuai dengan bakumutu untuk kelima parameter , berbeda dengan data sekunder yang diperoleh dari KP2L untuk wilayah Rawamangun, kandungan Fe pada air tanah sudah tidak sesuai dengan baku mutu pada kedalaman 11 s/d 20 m. Bila dilihat dari dari lingkungan sekitar titik sampel, pemukinan di daerah titik sampel cukup teratur tetapi sekitar 300 m dari titik sampel ke arah barat terdapat jalan layang yang dibangun sekitar tahun 1989 sedangkan seperti kita ketahui untuk suatu jalan layang memerlukan pondasi yang cukup dalam yang memungkinkan penyebab pencemaran Fe.Untuk wilayah Penggilingan kandungan Fe pada air tanah tidak memenuhi bakumutu. Hasil ini sesuai dengan data sekunder dimana pada kedalaman 11 s/d 20 mengandung Fe yang tidak memenuhi baku mutu.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?