Analisis yuridis perjanjian penjualan dengan hak membeli kembali terhadap kendaraan bermotor sebagai bentuk pembiayaan usaha (studi pada pt.x)
Penerbit : FH - Usakti
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2025
Pembimbing 1 : Rachmat Santoso
Kata Kunci : Business Financing, Sale and Repurchase Agreement, Motor Vehicles
Status Posting : Published
Status : Lengkap
No. | Nama File | Hal. | Link |
---|---|---|---|
1. | 2025_SK_SHK_010002100256_Halaman-Judul.pdf | 8 | |
2. | 2025_SK_SHK_010002100256_Surat-Pernyataan-Revisi-Terakhir.pdf | 1 | |
3. | 2025_SK_SHK_010002100256_Surat-Hasil-Similaritas.pdf | 1 | |
4. | 2025_SK_SHK_010002100256_Halaman-Pernyataan-Persetujuan-Publikasi-Tugas-Akhir-untuk-Kepentingan-Akademis.pdf | 1 | |
5. | 2025_SK_SHK_010002100256_Lembar-Pengesahan.pdf | 1 | |
6. | 2025_SK_SHK_010002100256_Pernyataan-Orisinalitas.pdf | 1 | |
7. | 2025_SK_SHK_010002100256_Formulir-Persetujuan-Publikasi-Karya-Ilmiah.pdf | 2 | |
8. | 2025_SK_SHK_010002100256_Bab-1.pdf | 21 | |
9. | 2025_SK_SHK_010002100256_Bab-2.pdf |
|
|
10. | 2025_SK_SHK_010002100256_Bab-3.pdf |
|
|
11. | 2025_SK_SHK_010002100256_Bab-4.pdf |
|
|
12. | 2025_SK_SHK_010002100256_Bab-5.pdf | 4 | |
13. | 2025_SK_SHK_010002100256_Daftar-Pustaka.pdf | 4 | |
14. | 2025_SK_SHK_010002100256_Lampiran.pdf |
|
P Perkembangan industri pembiayaan di indonesia menunjukkan munculnya praktik pembiayaan terselubung yang menggunakan skema perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali untuk menghindari kewajiban regulasi otoritas jasa keuangan (ojk). pt. x melakukan skema penjualan kendaraan bermotor dengan memberikan pembayaran sebesar 70% dari nilai kendaraan kepada pt. y, namun fisik kendaraan tetap dikuasai penjual dan bpkb ditahan sebagai jaminan. permasalahan dari skripsi ini adalah apakah pt. x dikategorikan sebagai praktik pembiayaan usaha menurut pasal 1 angka 3 jo. pasal 2 ayat (1) huruf b pojk 35/2018, dan bagaimana akibat hukum dari penggunaan perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali sebagai bentuk pembiayaan usaha diluar mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di indonesia. metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan sifat deskriptif menggunakan data sekunder yang dianalisis secara kualitatif dengan penarikan kesimpulan menggunakan metode deduktif. hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pt. x dapat dikategorikan sebagai praktik pembiayaan modal kerja karena memenuhi empat unsur pembiayaan usaha dalam pasal 1 ayat (3) pojk 35/2018. akibat hukum yang timbul meliputi pelanggaran kewajiban izin usaha sebagaimana diatur dalam pojk 28/2014, permasalahan causa tidak halal berdasarkan pasal 1320 dan 1337 kuhperdata, serta risiko sanksi administratif dan unfair competition dengan lembaga pembiayaan berlisensi.
T The development of the financing industry in indonesia has seen the emergence of disguised financing practices that use sale and repurchase agreements to circumvent regulatory obligations from the financial services authority (ojk). pt. x implemented a scheme in which it purchased motor vehicles by paying 70% of the vehicle\\\'s value to pt. y, while the physical vehicle remained with the seller and the vehicle registration certificate (bpkb) was held as collateral. the core issues of this thesis are: whether pt. x’s actions can be categorized as a business financing activity under article 1 point 3 in conjunction with article 2 paragraph (1) letter b of ojk regulation no. 35/2018, and what the legal consequences are of using a sale and repurchase agreement as a form of business financing outside the mechanisms stipulated in indonesian laws and regulations. the research uses a normative juridical method with a descriptive approach, relying on secondary data analyzed qualitatively, with conclusions drawn deductively. the findings show that pt. x\\\'s activities can be classified as working capital financing as they fulfill the four elements of business financing under article 1 paragraph (3) of pojk 35/2018. the legal consequences include violation of business licensing obligations under pojk 28/2014, issues related to unlawful cause as stipulated in articles 1320 and 1337 of the indonesian civil code, as well as the risk of administrative sanctions and unfair competition with licensed financing institutions.