Analisis risiko tingkat kebisingan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pada area produksi di PT. Clariant Indonesia, Tangerang Banten
P PT Clariant Indonesia merupakan salah satu industri kimia yang menggunakan teknologi mesin dalam pelaksanaan produksinya. Rangkaian dari proses produksinya meliputi mixer, extruder, colling water, cutter dan packing. Proses produksi kimia menggunakan mesin yang dapat menimbukan kebisingan serta berpotensi terhadap kecelakaan bekerja. Penelitian ini dibagi menjadi 9 titik sampling untuk kebisingan. Alat sampling kebisingan menggunakan Sound Level Meter. Baku mutu tingkat kebisingan adalah 85 dB(A) yang mengacu pada Permenaker No.13 Tahun 2011. Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu terdapat pada titik 5, yaitu Masterbatch Plant sebesar 91,2 dB(A). Berdasarkan hasil analisis hubungan pekerja terhadap paparan kebisingan, hasil analisis regresi logistik menunjukkan faktor kebisingan berhubungan terhadap risiko sakit kepala, darah tinggi, cepat lelah dan gangguang pendengaran dengan nilai masing-masing sebesar (OR = 1,15), (OR = 1,55), (OR = 1,97), dan (OR = 1,79). Berdasarkan hasil identifikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa 87% karyawan sudah menerapkan semua prosedur manajemen K3 sehingga kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat diatasi dengan kesadaran mereka dalam menerapkan K3. Berdasarkan hasil visualisasi pada peta sebaran tingkat kebisingan pada area produksi, menunjukkan bahwa hanya titik 5 (Masterbatch plant) yang memiliki warna sebaran kebisingan berwarna merah pada area (masterbach) dikarenakan tingkat kebisingan dengan intensitas diatas 85 dB(A) yaitu 91,2 dB(A). Pada 8 titik lainnya memiliki sebaran kebisingan berwarna kuning dan hijau untuk intensitas kebisingan diatas 70-78 dB(A) dan intensitas kebisingan di bawah 70 dB(A). Upaya pengendalian kebisingan salah satunya adalah dengan menutup mesin mixer yang merupakan sumber kebisingan dengan alat peredam pada area masterbatch agar dapat mengurangi paparan kebisingan.
P PT Clariant Indonesia is one of the chemical industries that use engine technology in the implementation of its production. The series of production processes include mixers, extruders, colling water, cutter and packing. The chemical production process uses a machine that can cause noise and potentially work accidents. This research is divided into 9 sampling points for noise. Noise sampling tool uses a Sound Level Meter. The standard quality of noise level is 85 db (A) which refers to Permenaker No.13 Year 2011. From the results of measurements of noise levels that exceed quality standards are found at point 5, namely the Masterbatch Plant of 91.2 db (A). Based on the results of the analysis of the relationship of workers to noise exposure, the results of logistic regression analysis showed that the noise factor was related to the risk of headache, high blood pressure, fatigue and hearing loss with each value (OR = 1.15), (OR = 1.55), (OR = 1.97), and (OR = 1.79). Based on the results of the identification of Occupational Health and Safety explained that 87% of employees have implemented all OHS management procedures so that workplace accidents and occupational diseases can be overcome by their awareness in applying K3. Based on the results of visualization on the noise level distribution map in the production area, it shows that only point 5 (Masterbatch plant) has a red noise distribution color in the area (masterbach) due to the noise level with intensity above 85 db (A) which is 91.2 db ( A). At the other 8 points the noise distribution is yellow and green for noise intensities above 70-78 db (A) and noise intensity below 70 db (A). One of the noise control efforts is to close the mixer machine which is a source of noise with a damper in the masterbatch area to reduce noise exposure.