Perencanaan lansekap Kawasan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, sebagai kawasan wisata sejarah ( A Landscape planning of Historical Tourism Sunda Kelapa area North Jakarta)
P Perkembangan kota Jakarta dari waktu ke waktu sangatlah cepat, sehingga menyebabkan bagian dari kota tua banyak yang tergusur untuk dijadikan daerah baru yang lebih modern. Apabila hal ini tidak ditanggulangi secara cepat maka keberadaan Kota Larna Jakarta akan hilang. Hal ini dilakukan sebagai alasan yang melatarbelakangi untuk melakukan tindakan perlindungan dan penatann kembali kawasan bersejarah Sunda Kelapa sebagai kawasan Wisata Sejarah.Kawasan Sunda Kelapa seluas + 72 Ha mempunyai aset peninggalan bersejarah yang beium dimanfaatkan secara optimal. Kawasan Sunda Kelapa saat ini mengalami penurunan kondisi fisik dan visualnya seperti banyaknya timbunan sampah, bertambahnya bangunan- bangunan liar serta hilangnya ruang-ruang hijau yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan.Untuk menunjang aktivitas wisata sejarah di kawasan Sunda Kelapa Jakarta Utara ini, maka diperlukan suatu proses perencanaan lansekap yang dapat memperkuat nilai arsitektur bangunan bersejarah dan kualitas lingkungan.Berdasarkan identifikasi daya dukung dan kesesuaian lahan, rencana tata ruang kawasan Sunda Kelapa dibagi menjadi 3 Pemintakatan, yaitu zona perlindungan, zona pemanfaatan terbatas, dan zona pengembangan.Zona Perlindungan merupakan kawasan dengan pengembangan minimal untuk jenis kegiatan yang tidak mengganggu kelestarian obyek sejarah seluas 17,38 Ha ( 24,1 % ).Zona Pemanfaatan merupakan kawasan dengan pengembangan sedang dengan jenis kegiatan yang bersifat pasif dan aktif seiuas 17,98 Ha (24,9 %)..Zona Pengembangan merupakan kawasan dengan pengembangan maksimal untuk berbagai jenis kegiatan aktif dan bersifat lebih umum seluas 36,64 Ha (51 %).Hasil akhir dari perencanann ini berupa kriteria-kriteria pengembangan rencana dan perancangan lansekap yang sesuai dengan tema, tujuan, sasaran perencanaan lansekap kawasan Sunda Kelapa. Penataan tanaman lansekap bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan kawasan dengan menggunakan vegetasi sesuai habitat dan secara simbolis memiliki nilai sejarah. Sedangkan penggunaan material keras diusahakan .seminimal mungkin dan terbuat dari bahan yang dapat menyerap air, serta pada lokasi tertentu kondisi sekarang tetap dipertahankan.