Usulan perbaikan kualitas dengan Metode Multi Attribute Failure Mode Analysis (MAFMA) dan Fault Tree Analysis (FTA) pada produk worm gear glue di PT. Amutit Saka Mandiri
P PT. Amutit Saka Mandiri merupakan perusahaan industri manufaktur fabrikasi yang bergerak di bidang produksi komponen pabrik. Berdasarkan laporan produksi pada bulan Mei hingga September 2020, terdapat masalah kualitas yaitu cacat pada produk Worm Gear Glue. Cacat yang ditimbulkan merupakan kesalahan proses hobbing yang memiliki persentase cacat terbesar dibandingkan dengan proses lain, yaitu sebesar 5,15%. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan usulan perbaikan kualitas yang diharapkan dapat mengurangi gap antara toleransi cacat dan persentase cacat produk sampai tingkat zero defect. Penelitian ini menggunakan metode Multi Attribute Failure Mode Analysis (MAFMA) melalui tahapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP), serta Fault Tree Analysis (FTA). Tahapan FMEA bertujuan untuk menentukan prioritas penyebab masalah dalam proses hobbing. Penyebab masalah dengan nilai RPN terbesar terletak pada kualitas hob yang buruk dengan nilai RPN sebesar 560. Hob merupakan mata pahat pada mesin hobbing yang berfungsi untuk membuat bentuk profil pada produk Worm Gear Glue. Pada tahap AHP akan diberikan peringkat atau rangking alternatif keputusan yang terbaik. Prioritas yang memiliki bobot tertinggi terletak pada kriteria expected cost, sebesar 0,56. MAFMA merupakan penggabungan dari metode FMEA dan AHP sehingga efek dari setiap kemungkinan penyebab kegagalan dapat dievaluasi. Hasil metode MAFMA dengan nilai total tertinggi, yaitu 0,1563 pada penyebab masalah kerusakan hob. Berdasarkan hasil dari metode FTA, diperoleh dua akar permasalahan yang menyebabkan masalah kerusakan hob, yaitu tidak ada Standard Operating Procedure (SOP) untuk pemeriksaan hob dan tidak ada pencatatan masa pakai hob. Usulan perbaikan yang dapat dilakukan untuk kedua akar permasalahan tersebut adalah dengan menyusun SOP untuk pemeriksaan hob dan merancang record card untuk mencatat masa pakai hob. Setelah usulan perbaikan diketahui oleh pihak perusahaan, maka akan digunakan kuesioner dengan 25 responden untuk mengetahui kemudahan implementasi, kemampuan perusahaan melakukan implementasi, dan perbaikan kualitas setelah implementasi usulan perbaikan. Implementasi tidak dapat dilakukan secara langsung dikarenenakan pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil kuesioner dari ketiga penilaian tersebut, diperoleh nilai persentase untuk usulan perbaikan berupa penyusunan SOP, yaitu sebesar 52%, 64%, dan 44% untuk setiap penilaian. Sedangkan, untuk usulan perbaikan berupa perancangan record card masa pakai hob, diperoleh 56%, 48%, dan 48% untuk setiap penilaian. Nilai persentase tersebut merupakan jawaban responden dari kuesioner. Oleh sebab itu, usulan perbaikan dapat diterima oleh pihak perusahaan dan dinyatakan layak.
P PT. Amutit Saka Mandiri is a fabrication manufacturing industry company engaged in the production of factory components. Based on the production report from May to September 2020, there is a quality problem that is defects in Worm Gear Glue products. The resulting defect is a hobbing process error which has the largest percentage of defects compared to other processes, which is 5.15%. The purpose of this study is to provide quality improvement proposals that are expected to reduce the gap between disability tolerance and the percentage of product defects to zero defect levels. This study used Multi Attribute Failure Mode Analysis (MAFMA) method through Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and Analytical Hierarchy Process (AHP), and Fault Tree Analysis (FTA). The FMEA stage aims to determine the priority of the cause of the problem in the hobbing process. The cause of the problem with the largest RPN value lies in the poor quality of the hob with an RPN value of 560. The hob is a chiel on a hobbing machine that functions to create a profile shape for Worm Gear Glue products. At the AHP stage will be given an alternative rating or ranking of the best decisions. The highest weighted priority lies in the expected cost criteria, which is 0.56. MAFMA is a combination of FMEA and AHP methods so that the effects of any possible causes of failure can be evaluated. Mafma method results with the highest total value, which is 0.1563 on the cause of bad hob quality problems. Based on the results of the FTA method, two root problems were obtained that caused the problem of poor hob quality, namely no Standard Operating Procedure (SOP) for hob inspection and no record of hob lifetime. After the proposed improvement is known by the company, a questionnaire with 25 respondents will be used to determine the ease of implementation, the company's ability to implement, and improve quality after the implementation of the proposed improvement. Implementation cannot be done directly due to the Covid-19 pandemic. Based on the results of the questionnaires from the three assessments, the percentage values for the proposed improvements in the form of SOP preparation were 52%, 64%, and 44% for each assessment. Meanwhile, for the proposed improvement in the form of designing a record card for the life of the hob, 56%, 48%, and 48% were obtained for each assessment. Therefore, the proposed improvement can be accepted by the company and declared feasible.