Pusat hiburan Rakyat dan budaya Betawi di Kemayoran
D Dengan kemajuan teknologi maka membawa dampak positive maupun negative terhadap kebudayaan Betawi, yang menjadi kendala adalah masalah negative dimana terkikis/hilangnya nilai-nilai budaya Betawi. Maka dibentuklah suatu wadah berkumpulnya aktifitas dan hiburan berdasarkan nilai seni budaya Betawi, dan mampu meningkatkan pariwisata di indonesia khusunya DKI Jakarta yang dapatmendatangkanturis lokal maupun International, untuk mewujudkan hal tersebut maka di perlukannya suatu Pusat Hiburan Rakyat yang berciri khas tradisional Betawi, dengan lingkunganbetawi yang alami.Dalam merancang suatu rancangan sangatlah penting untuk mengetahui potensi dan kendala, baik dari dalam tapak maupun dari luar tapak yang mana sangat penting untuk suatu rancangan yang benar-benar dibutuhkan. Adapun potensinya dimana letaktapak yang sangat trategis di pusat kota, adanya sarana Pekan Raya Jakarta sebagai penunjang dari rencana tapak.Permasalahan yang timbul dalam perencangan dilihat dari segi fungsi, bentuk, ekonomi, dan waktu : - Fungsi ; Bagaimana menciptakan suatu ruang luar menjadi suatu area rekreasi yang berciri khas Betawi. -Bentuk ; Bagaimana mengembangkan ruang yang dapat memberi bentukan-bentukan khas budaya betawi terhadap fasilitas lahan tapak yang ada.- Ekonomi ; Bagaimana merancang suatu pusat rekreasi dan kesenian dengan biaya rendah tetapi segala fasilitas dapat terpenuhi mengingat sumber dana yang relatif terbatas. -Waktu ; Bagaimana menciptakan suatu rancangan yang di perlukan juga pada masa yang akan datang.Program pengembangan fungsi ruang luar pada perencangan terbagi menjadi 3 area yaitu : Area penerima (Pintu Masuk, Pos jaga & loket karcis, Parkir, Plaza Penerima) Area Rekreasi (Bale Kongko, Pasar Seni, Plaza Utama, CPG, PanggungTerbuka, Taman Burung, Sewa Sado, Plaza Pengikat, Kolam Seni, PermainanTradisional)Area Servis (Parkir Pengelola, Tempat pembuangan sampah sementara)Konsep yang mendasar yang digunakan dalam rancangan Pusat Hiburan Rakyat dan Budaya Betawi di Kemayoran dari tema yang ad yaitupenerapan unsur-unsur bentuk tradisional Betawi dalam tatanan ruang luar, dalam hal ini pendekatan rancangan luar diarahkan pada latar belakang akar budaya dari tapak dengan memasukanunsur budaya betawi berupa ragam hias dan warna. Konsep ruangannya hanya berdasarkan pembagian antar ruang fasilitas yang ada. Konsep bentuk diambil dari bentukan-bentukan ragam hias seperti lubang angin, lisplang, ukiran batik dll. Konsep hijau pada tapak dipakai mengelompok. Konsep utilitas direncanakan terpadu dalam sistem prasarana lingkungan, utilitas air bersih, air kotor, listrik, limbah padat dan utilitas lainyang di pandang masih di perlukan.Hasil rancangan pada area penerima di mana patung ondel-ondel sebagai penyambut berada sebelum gerbang masuk, dengan di lengkapi pendestrian disebelah kiri dan kanan dengan menggunakan material batu dan kramik. Patung tari yapong sebagai penyambut pada area plaza penerima yang digunakan sebagai pintu masuk menuju area seni dan rekreasi. Pola parkir 90 derajat dapat menampung lebih banyak pada lahan yang sempit, memakai sistem kuldesac. Pola lantai yang di terapkan berdasarkan bentuk anyaman , ukiran, lubang angin, lisplang (ragam hias) dll. Suasana betawi di khaskan dengan adanya umbul-umbul per fasilitas yang berbeda-beda. Penerapan menyerupai rumah asli digunakan sebagai bale-bale, panggung terbuka dengan suasana akrab tanpa perbedaan antara pemain dan penonton.